Bel istirahat berbunyi. Telah Yongki katakan bahwa masuk sekolah hari ini sangat tidak berguna, karena belum apa-apa sudah memasuki waktu istirahat.
Sedikit informasi bahwa istirahat di SMA Angkasa selama satu jam, baik itu istirahat pertama ataupun ke dua, semuanya berdurasi satu jam. Pada awalnya hanya 45 menit, tapi berkat aksi protes kelas akhlakless alias 11 IPS 3 dan pengangkatan Colli sebagai Ketua OSIS yang baru membuat waktu istirahat digenapkan menjadi satu jam. Dengan alasan 45 menit hanya sedekar menurunkan fungsi otak, dan otak sendiri belum merasa rileks sepenuhnya, maka dibutuhkan lima belas menit tambahan untuk membiarkan otak rileks.
Logis? Enggak.
Tapi gak ada yang menolak atau keberatan karena itu kebahagiaan untuk semua orang, baik guru ataupun muridnya.
Dan pernyataan bahwa Colli selalu memihak para murid memang benar adanya, karena Colli selalu mendengar dan membantu semua murid menggunakan jabatan dan status keluarganya. Yongki memang tak suka melihat Colli yang semena-mena mengganti aturan sekolah, tapi di sisi lain Yongki juga menginginkannya. Jadi ya, gak masalah.
Kini Yongki berdiri di depan kelas 10 IPA 1, masih membawa sisa kertas yang sudah lebih tipis dari sebelumnya. Yongki mengangkat punggungnya dari dinding saat melihat adik kelas yang sedari tadi ia tunggu keluar kelas.
Senyum tipis Yongki terbit. "Bekalnya masih ada?" tanya Yongki berbasa-basi saat melihat gadis itu membawa kotak bekal di tangannya.
"Iya, aku 'kan gak rakus kayak kakak," balas Diana si adik kelas yang diajak bicara oleh Yongki. Yongki hanya mengangkat alis sebagai balasan, dan segera mengajak Diana ke kantin belakang untuk makan bersama.
Sisa kertas di tangan Yongki, dibagikan pada para penjaga kantin. Sebelum istirahat, Yongki juga membagikan kertas-kertas yang tersisa ke Ruang Guru, kantin depan, bahkan pos satpam, untuk m meramaikan acara kecil-kecilan ini sekaligus Yongki mau ngerjain orang yang bertugas untuk membagikan surat-surat itu nanti.
Embusan napas lega Yongki keluarkan kala kertas di tangannya telah habis.
"Kakak emang gak bawa bekal?" tanya Diana yang duduk di sebelah Yongki. Diana menyantap bekalnya, sedangkan Yongki menyantap mi ayam Kang Warto. "Bawa, tapi udah dimakan buat sarapan," jawab Yongki jujur. Lalu kedua remaja itu tak lagi berdialog, hanya fokus menyantap makanan masing-masing.
"Kakak nanti gak pulang?" tanya Diana setelah selesai makan.
Yongki menggeleng menjawabnya. "Pulangnya telat makanya bawa baju ganti. Kamu sendiri pulang gimana?" tanya Yongki balik dengan nada khawatir yang tipis.
"Aku dijemput," jawab Diana menenangkan. "Kakak gak pulang sampai acaranya selesai?" tanya Diana.
"Pulang dong. Baju ganti aku itu cuman buat persiapan panggung. Jam dua nanti aku pulang kok," ucap Yongki menjelaskan, yang sebenarnya gak penting juga Diana tau tentang hal ini. Tapi gak apa-apa, karena Diana ingin tahu maka Yongki harus memberitahunya secara jujur.
"Mau balik ke kelas?" tawar Yongki.
Diana pun mengangguk setuju dan segera membawa kotak bekalnya bersama. Keduanya meninggalkan kantin yang belum menyepi. Kayaknya bagi pantat mereka kursi kantin sangat lengket dan tak bisa dilepas sampai bel bunyi.
Di depan kelas Diana, Yongki baru ingat kalau gawainya tadi ia titip di Ibu Kantin untuk mengecas. Lantas sepeninggal Diana, Yongki langsung menuju kantin depan. Namun setibanya di kantin depan, Yongki malah menemukan sesuatu yang menarik, membuatnya menyembunyikan diri dan mengintip.
•••
Bel pulang berbunyi. Yongki yang abis mengintip kejadian di kantin depan langsung berbalik kembali ke kelas Diana.