Yongki jalan menuntun Eca menuju gerbang.
Padahal Eca daritadi di lapangan hanya ngobrol sama teman-temannya, menikmati penampilan di atas panggung, gak yang heboh banget. Paling mentok, Eca ketawa lebar sampai memegang perut karena celetukan receh dari Boy. Tapi efeknya bisa kayak Eca minum wine segalon.
Eca sibuk melambaikan tangan pada teman-temannya dengan mata setengah merem dan mengucapkan salam perpisahan dengan bahasa yang tak dapat dimengerti manusia generasi Z.
Setibanya di gerbang, kepala Yongki menoleh ke kanan dan kiri, mencari keberadaan mobil jemputan Eca. Katanya malam ini Eca akan dijemput, tapi Yongki sendiri belum tau bentuk mobil yang akan menjemput gadis setengah sadar itu.
"Itu tuh! Di sana!" Eca menunjuk sebuah mobil yang baru mendekat kepada gerbang sekolah.
Yongki langsung mengembuskan napas lega dan mengirim Eca masuk ke dalam mobil itu. Kaca depan mobil bergerak turun, menampilkan wajah sopir pribadi Eca yang beberapa kali pernah mengantar-jemput gadis itu. "Mas Yongki gak ikut?" tanyanya sopan pada Yongki. Yongki menggeleng sebagai jawaban dan berpesan agar si sopir berhati-hati.
Mobil itu pun bergerak meninggalkan Yongki yang masih berdiri di tempat. Sadar bahwa ia menghalangi jalan, Yongki memilih duduk di pos satpam sejenak.
Pak Gendut yang biasanya duduk mager-mageran sambil makan cilok, kini tengah repot bersama pluit mengatur kendaraan yang makin ramai menjemput murid-murid. Padahal ini hanya acara kecil di sekolah dan selesainya juga gak sampai tengah malam, tapi para orang tua pada parno karena ini kali pertamanya Smangka mengadakan acara sampai malam.
Di tengah kebisingan area gerbang utama, Yongki membuka ponselnya dan langsung menghubungi Diana. Tak perlu menunggu lama, Diana langsung mengangkat panggilan Yongki. Yongki dapat mendengar suara Diana yang sedikit berbeda dari seberang sana.
"Kamu udah pulang? Sama Una?" tanya Yongki langsung to the point, tak menghiraukan perubahan suara Diana yang kentara.
"Aku pulang sama sopir, Kak. Maaf," kata Diana. Yongki kembali mengembuskan napas. Untuk apa Diana meminta maaf?
"Aku mau sendiri dulu ya, Kak."
Yongki mengangguk walau sadar bahwa Diana tidak akan bisa melihat dan tahu bahwa ia mengangguk. "Hati-hati," pesan Yongki kemudian.
Setelahnya Yongki kembali mengantongi hapenya dan memikirkan dirinya harus apa setelah ini.
Saat gerbang mulai menyepi Yongki memilih bangkit dan berjalan menuju bundaran depan yang banyak dilalui oleh angkutan umum serta kendaraan pribadi, yang di pinggirnya terdapat alfa yang buka 24 jam.
Yongki pikir, mungkin Yongki bisa beristirahat sebentar di sana, kemudian memesan ojek online untuk pulang.
•••
Yongki meraih kopi botolan di kulkas alfa, kemudian melangkah menuju kasir untuk membayarnya. Di antrean pembayaran, Yongki melihat punggung yang tak asing di matanya. Mata Yongki tak lepas memperhatikan orang itu sampai keluar dari alfa.
Untung saja giliran Yongki sebentar lagi jadi setelah membayar kopi itu Yongki bisa langsung menyusulnya. Untungnya lagi, orang itu kini tengah duduk di kursi yang disediakan oleh pihak alfa di depan.
Yongki langsung menduduki kursi tepat di sebelah orang itu. "Gue duduk di sini, ya," izin Yongki dengan nada sopan.
Dewi sebagai orang yang duduknya paling dekat dengan sumber suara langsung merespons Yongki. "Fine. Lo udah duduk," balas Dewi santai.