Cila jalan menuju gerbang utama. Semua langsung pulang tanpa beres-beres, bahkan panitia gak perlu bersih-bersih sampah karena emang gak ada sampah. Colli memang mengajukan pada pihak sekolah agar panitia diizinkan beres-beres di esok harinya, katanya supaya panitia gak terlalu capek dan malah sakit—padahal itu cuman alasan Colli supaya besok bisa bolos kelas.
Dalam hati, Cila berharap memiliki teman jalan untuk ke gerbang, sekaligus ke bundaran. Hari sudah malam, Putri dan Dewa sudah pulang duluan bahkan sebelum acara selesai karena Putri bilang gak enak sama tetangga kalau dia pulang kemalaman. Jadi mau gimana lagi. Lagi pula Cila gak akrab sama banyak orang selain mereka.
Pandangan Cila yang lurus menghadap gerbang yang ramai terhalang oleh sesosok makhluk menaiki motor merah dengan helm full face. Ia membuka helm, membuat Cila memutar mata malas. Tanpa berkata Cila memilih sisi jalan yang lain dan lanjut jalan.
Cila bisa mendengar suara kelabakan dari makhluk aneh tersebut, dan meminta Cila menunggu. Cila mendengus keras saat makhluk itu kembali menghalangi jalannya tanpa motor.
"Lo beneran gak mau pulang sama gue?"
"Gak!" balas Cila garang.
Colli meraih lengan kiri Cila. "Lo mau apa biar lo pulang sama gue?" tanya Colli melas.
Cila menepis tangan Colli. "Gue mau lo," Colli tersenyum berharap. "Musnah!" Namun sirna seketika.
Cila buru-buru meninggalkan Colli, tapi bukan Cholliel namanya jika menyerah begitu saja. Colli kembali menaiki motornya dan kembali menghadang Cila.
"Naik buru! Gue mau traktir lo." Mau enggak mau Colli harus maksa Cila.
Gadis itu mengentakkan kakinya sebal. "Lo gak liat? Nih gue pake celana pendek!!!" omel Cila.
Colli tercengang. Gak kepikiran.
"Mau tukeran celana?" Colli bersama wajah dungunya.
"Goblok lo!!"
Colli ciut diteriaki goblok oleh Cila.
"Jaket lo." Cila membuka telapak tangan kanannya. Colli yang masih ciut pun menurut membuka jaket dan memberikannya pada Cila.
Cila mengikat jaket Colli di area pinggangnya dan langsung menaiki motor Colli yang tinggi. "Mana helm?!"
Colli pun tersenyum jumawa sembari memberikan helm pada Cila.
"Mau ngapain, sih!?" tanya Cila saat mesin motor hidup.
"Gue mau traktir lo. Makanan yang cuman ada di Indonesia. Dijamin enak," kata Colli percaya diri, dan langsung melaju.
Setelah keluar dari gerbang utama, Colli belok kiri kemudian berhenti, tepat di depan gerobak cilok Bang Mail. Colli mematikan mesin motornya dan menurunkan standar.
Cila ternganga, masih mencerna apa yang terjadi.
"Heh, turun!" tegur Colli.
"Maksudnya apa, sih?" Cila turun dengan raut heran.
Colli turut turun dari motor, kemudian tersenyum ambigu. "Taraaaaa!" Kedua tangannya terbuka dengan wajah semringah menunjukkan gerobak cilok berwarna merah.
Cila mengangkat alisnya tinggi. Gak jelas.
"Ini gue mau traktir lo cilok," terang Colli.