"Gue yakin Kakek nerima sogokan!" ucap Colli tanpa pembukaan. Membuat kening Cila sedikit berkerut karena bingung.
"Kalau dibiarin, bakal makin parah!"
Cila menahan diri untuk tidak merespons ataupun bertanya agar tak dianggap kepo.
"Gue harus APAAA?!?!?!!" Colli mendramatisir berlebihan. Akhirnya Cila terpaksa menoleh dan memasang tampang terganggu.
Sore yang masih nampak siang, Klub Futsal latihan di lapangan utama bersama Hoshi di tepi lapangan. Di pinggir koridor gedung ekskul Colli dan Cila duduk bersebelahan, Cila meminum susu stroberi dan Colli makan coki-coki sebagai pengganti rokok.
"Gue harus apa, La? Harus APAA??"
Cila merampas coki-coki dari mulut Colli dan melemparnya ke tong sampah. "Berisik!" tegur Cila bete.
Cila kembali memperhatikan Klub Futsal dengan harapan emosinya mereda. Tapi bukannya melihat Klub Futsal, Cila malah salah fokus pada bokong Hoshi yang bergerak lincah.
Di mata orang awam, Hoshi terlihat sedang berjoget padahal aslinya dia tengah memberi arahan untuk para pemain. Sebagai Manager Futsal, Hoshi harus mengurus anak-anak futsal sekaligus memantau sesi latihan. Karena hormon Hoshi sebelas dua belas dengan belut, jadi ia terlihat seperti cheerleader dadakan dengan kerupuk opak di kedua tangan.
"YONGKI NGAPAIN OPER KE DEANO?! DIA LAWAN LO!!!" tegur Hoshi sambil memaki Yongki, sama halnya dengan yang ditegur; Yongki misuh sambil kembali ke formasi awal. Hoshi memakan opak di tangannya. "LO RABUN BUKAN BUTA! MASA GAK TAU YANG MANA LAWAN!! Hoshi memprovokasi, membuat kepala Yongki yang panas akibat sinar matahari jadi makin panas.
Cila masih pada tempatnya. Ia menghela napas untuk mengendalikan amarahnya pada Hoshi yang menghalangi. Belum lagi Colli di sebelahnya sibuk merengek akan sesuatu yang Cila tak tahu dan tak peduli.
"GUE HARUS APA BIAR INI GAK BERKELANJUTAN?!?!!?!!?!"
Cila mendecap lidah, emosinya sudah sampai ubun-ubun. "Omongin baik-baik!!" balasnya asal, sambil mencaci-maki Hoshi dalam hati. Kemudian ia tersentak akan ucapannya barusan.
"Minggir! Gue mau liat!!" Cila menyuarakannya, tapi kalimatnya gak jelas tertuju untuk siapa. Hoshi pun tak merasa tersindir, pemuda itu terus berteriak sambil bergerak lincah, tak lupa memakan opak di kedua tangan.
"Mana bisa ngomong sama Kakek?! Gue harus ngelakuin yang lain!!" kata Colli masih saja frustrasi dengan masalahnya.
Cila meremas kotak susu stroberi di tangannya. Napasnya terengah-engah akibat emosi dan panas terik. "Apa masalahnya?!" Pertanyaan yang dari awal Cila hindari akhirnya lolos dari mulutnya sendiri.
Setelah mendengarnya dari Colli, Cila mencibir. Seperti biasa, Colli terlalu melebih-lebihkan.
Sambil melempar kotak susu stroberi yang telah renyuk, Cila berkata, "Libatin masalah aja."
Peluit berbunyi tanda latihan telah usai. Cila mendengus sambil menyisir rambutnya ke belakang. Padahal Cila mau liat pertandingan futsal, walau hanya sekedar sparing.
Colli terkesima memandang gadis di sebelahnya. Pandangan Colli membuat Cila merasa bahwa ia harus melengkapi kalimatnya agar Colli mengerti.