Vie cemberut. Gak ada teman yang bisa ia ajak ke kantin bersama.
Kalau kemarin Vie merumpi bersama teman-temannya, maka hari ini Vie terpaksa sendiri. Blue dan Divya absen, Aksa ke UKS, Jingga numpang makan di kelas Cila.
Vie melewati koridor sendiri. Di tengah ramainya suara sekolah, sangat terdengar suara siulan yang jelas tertuju pada Vie.
Vie tau itu. Karena ini bukan kali pertamanya Vie mendapat perlakuan seperti itu;
Catcalling. Alias, pelecehan seksual.
Menjadi cantik bukan berarti diberkati hidup yang mulus.
Selain cantik, Vie sering diperlakukan seperti itu karena dirinya yang lemah. Di antara anak cewek akhlakless, bisa dibilang Vie yang paling cemen menghadapi orang-orang yang catcalling.
Kalau Jingga di-catcalling, gak ragu-ragu dia bakal mengacungkan jari tengah dan mengutuk orang-orang yang menggodanya. Lalu Aksa akan menunjukan wajah jelek yang bikin ilfeel. Sedangkan Divya gak pernah di-catcalling karena hawa keberadaannya yang tipis—entah patut disyukuri atau tidak.
Vie yang paling lemah, karena Vie akan diam saja. Yang mana hal tersebut membuat pelaku makin gencar mengganggunya.
Terbukti. Pelaku catcalling alias si anak baru alias Gilang yang baru kemarin Vie dan teman-teman bicarakan di kelas.
Gilang menahan Vie dengan kakinya. Vie terpojok di depan kelas 11 IPS 2 yang anak-anaknya sibuk sendiri di dalam kelas.
Vie menahan napas, mencoba untuk tetap terlihat kuat walaupun kenyataannya ia sudah gemetar takut. Mata Vie sudah berair. Ia melewati Gilang dan berjalan cepat menjauh dari Gilang.
"Buru-buru banget," ujar Gilang. Ia segera menyusul Vie dan merangkul pinggang gadis itu. "Gue cuman mau kenalan," bisik Gilang tepat di telinga Vie.
Vie merinding. Ia mematung di tempat. Air mata Vie jauh. Ia gemetar takut dan merasa jijik. Tapi tubuhnya tak bisa bergerak.
"Lepas!" Colli mencekal tangan Gilang dan langsung menarik Vie ke belakang tubuhnya. Vie melemas dan tangisnya pecah.
Gilang berdecak kesal. "Gara-gara lo, dia jadi nangis," ucap Gilang melirik Vie.
Colli mengumpat kasar dan langsung memukul wajah Gilang sampai ujung bibir Gilang mengeluarkan darah.
Gilang kembali berdecak. Colli maju mendekati Gilang, tapi Gilang langsung bergerak melempar tempat sampah di dekatnya ke arah Vie. Dengan sigap Colli menangkis tempat sampah itu, membuat benda itu jatuh ke lantai satu dan menimbulkan suara yang keras. Beruntung tak ada orang di bawah sana.
Saat Colli lengah, Gilang jadi mendapat kesempatan untuk membalas pukulan Colli.
Karena suara tempat sampah itu, anak-anak yang ada di dalam kelas segera keluar, bersamaan dengan tiga pilar basket; Reza, Yogi, dan Gio datang dari tangga.
Yongki langsung berlari untuk menahan Colli, Yogi menahan Gilang, Reza menengahi keduanya, sedangkan Gio membawa Vie ke kelas IPA 1.
"JANGAN GANGGU TEMEN GUE!!" Colli histeris memberontak dari pegangan Yongki. Sama halnya dengan Gilang yang mengumpat dan menghentak Yogi. Gilang membenturkan kepalanya ke belakang tepat mengenai wajah Yogi, hal itu membuat hidung Yogi mengeluarkan darah dan Gilang bebas.