"Cupu banget lo semua," ujar Boy yang jelas memancing emosi di dalam diri tiga orang pemuda berpenampilan kacau.
Yongki, Yogi, dan Reza tengah duduk bersandar pada dinding pembatas di tempat kejadian perkara perkelahian Colli dan Gilang.
"Padahal Gilang Gilang itu sendiri, kalian berempat sama Kak Colli," sahut Dwia menambah kayu bakar.
Reza mendecak sebal. Kemudian bersama Yogi memilih ke kelas masing-masing daripada lanjut mendengarkan perkataan dua sejoli itu.
"Lo berdua kapan jadian?" celetuk Yongki gak nyambung sama sekali, tapi jelas membangkitkan emosi Boy dan Dwia.
"Kewarasan lu ikut terbentur ya?!" sahut Boy spontan. "Ihh amit-amit!!" Dwia bergidik geli dan mendorong Boy supaya berjarak.
Yongki bangkit, tak lupa membersihkan bokongnya. "Gue serius nanya," ujar Yongki. "Kalian kenapa gak pacaran?"
"Kak udah kak!!" Dwia menutup kedua telinganya dengan ekspresi gelisah. "Aku gak terima dijadiin pacar Kak Bujang walaupun cuman di angan-angan!!" ungkap Dwia jijik sambil menggaruk-garuk tubuhnya seperti tengah alergi sesuatu.
"Lo juga mancing emosi gue ya?!" Boy naik pitam, pun menjambak Dwia. "Lo," Boy berbicara pada Yongki, "Belakangan ini sering banget dorong-dorong gue!! Lo beneran ngajak berantem ya?!"
"Ada apaan?" Bintang nimbrung dengan tampang tak bersalah bersama permen susu dari Iyan di mulutnya, menginterupsi Yongki yang baru saja hendak membalas Boy. Bintang clingak-clinguk sesaat. "Hawanya gak enak amat," komentarnya.
"Tadi Kak Colli berantem!" balas Dwia sambil merapikan rambutnya yang kusut karena Boy. Melihat Bintang terkejut, lantas Dwia menyeletuk. "Emang Kak Bintang gak denger? Tadi ramai banget."
Bintang mengecap permen di mulutnya. "Ah tadi gue lagi belajar makanya gak denger—"
"Gue mau tau kenapa kalian belum pacaran." Yongki memotong perkataan Bintang, dan masih mengangkat topik kenapa-Boy-dan-Dwia-belum-pacaran.
"Gue tau ya anggota komdis ada yang selingkuh sama anggota pecinta alam!" kata Boy dengan suara lantang. Terdengar gak nyambung, tapi yang barusan adalah cara memulai perkelahian ala Boy Setriya.
"Weh weh weh jangan berantem anjiiir!!" Bintang panik langsung memosisikan diri di antara keduanya.
"Gue juga—" "Udah anjir udah!!" Buru-buru Bintang membekap Boy. Bahaya kalau Boy berantem, segala aib akan terbongkar melalui lisannya. "Dwia tolong pegangin Boy!"
Dengan sigap Dwia langsung mencubit bibir Boy, sementara Boy menghubungi Dewi agar membantunya menenangkan Boy.
"Kenapa kalian belum pacaran? Kalian udah sering mesra-mesraan!" ujar Yongki yang belum puas karena belum mendapat jawaban. Bintang memelas, "Udah, Yong..."
Boy meludahi tangan Dwia dan berhasil membebaskan bibirnya. "Gue tau kalau guru sini ada yang diselingkuhin!" ucap Boy menggebu-gebu. "Dan selingkuhannya itu—hmph!!" Bintang menyumpal mulut Boy dengan dasi yang berhasil ia lepaskan.
"Udah berapa aib?!" Dewi datang dengan napas terengah-engah karena buru-buru menaiki tangga.
"Hampir tiga!"
Yongki mengernyit, "Kenapa gak mau jawab?" Yongki melirik Dwia yang sedang menangis karena tangannya diludahi. "Lo juga!" tunjuk Yongki pada Dwia. "Kenapa belum jadian?"
"Yongki udah..." pinta Bintang. "Malu, Yong, berantem sama Boy di depan pacar lo," ucap Bintang. "Kalau mau berantem di depan pacar, cari lawan yang lebih laki, jangan yang kayak Boy!"
"Maksud lo apa?!" berang Boy dengan nada seperti ibu-ibu melabrak tetangga yang berstatus janda muda.