Sore itu Dewi bersama Bintang dan Putra nongkrong di trotoar depan sekolah sambil makan cilok Bang Mail.
Dewi dijanjikan akan dijemput oleh orang tuanya. Tapi menuju sore belum juga ada kabar. Bahkan Bintang telah menyelesaikan les hari ini. Beruntung, Dewi bertemu dengan Putra, meskipun tidak akrab tapi Dewi tahu bahwa Putra sedang menunggu Bintang. Jadi lah saat Bintang datang menjemput Putra, Dewi mati-matian menahan Bintang untuk menemaninya sampai orang tuanya datang.
"Bi," panggil Dewi seraya menyenggol lengan Bintang yang duduk di sampingnya. "Dia bisa jaga rahasia gak?" bisik Dewi merujuk pada Putra. Bintang mengangkat alis, jarinya membentuk huruf O.
"Gue ketemu mantannya Yongki," ungkap Dewi begitu saja. Sontak sambal kacang di mulut Bintang muncrat keluar, untungnya Bintang dan Dewi gak duduk berhadapan. Dari balik masker Putra mendesis jijik dan langsung menjaga jarak dengan Bintang.
Bintang segera mengusap area bibirnya. "Terus? Lo berantem?" tanya Bintang antusias. Wajah Dewi datar; kenapa semua temannya berharap Dewi berantem sama Ayu?
"Enggak," balas Dewi. "Tapi gue disuruh putus."
Dewi menipiskan bibirnya. Ia menghela napas. Memudian tangannya terulur di belakang punggung Bintang; mencolek Putra. "Lo jangan bilang-bilang, ya, kalau gue pacaran sama Yongki!!" Lalu mata Dewi tertuju ke Bang Mail yang jongkok di belakang gerobaknya. "Bang Mail juga, ya!! Jangan bilang-bilang kalau saya pacaran sama Yongki!!"
Bang Mail mengangkat jempol tanda setuju. Padahal Bang Mail sendiri gak tahu siapa itu Yongki. Yang Bang Mail tahu si Colli yang suka ngutang.
"Terus gimana?" tanya Bintang menagih lanjutan. Dewi melahap ciloknya terlebih dahulu sebelum melanjutkan cerita yang sama dengan yang ia ceritakan pada Boy dua hari lalu.
"Tapi menurut gue," ujar Bintang sebelum Dewi melanjutkan ceritanya. "Menurut gue, gak ada yang lebih cocok jadi pacarnya Yongki, selain lo. Yongki orangnya pemalas dan lo bukan penuntut."
"Mantan Yongki bilang kalau dia gak bahagia sama Yongki karena Yongki gak bisa 'memperlakukan' perempuan. Dia gak mau gue nyesel kayak dia dulu," ucap Dewi seolah menolak perkataan Bintang.
"Dia gak bahagia karena mereka gak cocok. Hal yang gak cocok bakal susah. Tapi gimana dengan hal yang cocok? Semua akan baik-baik aja, sebagaimana mestinya."
"Tapi, Bi, kata Ayu—" "Dia gak bahagia karena gak cocok. Mereka putus karena gak cocok. Yongki gak salah. Begitu pula mantannya. Mereka hanya gak cocok."
Bintang melipat plastik bungkus cilok yang telah habis isinya. "Lo ya lo. Dia gak bahagia, belum tentu lo juga gak akan bahagia. Menurut gue, lo sama Yongki cocok!"