School : Begin

A. Hadi
Chapter #46

46. Dua Kali Dua

Setelah istirahat makan siang, Cila harus menetap di Ruang OSIS sebagai kegiatan tambahannya di hari Jumat—hari wajib ekskul— sedangkan Putri harus ke English Club yang sekedar nama padahal isi kegiatannya adalah ngambis.

Seperti biasa, kantin belakang sangat ramai. Pojok kantin alias sarangnya kelas Akhlakless, walaupun anggota inti mereka berkurang satu—Colli masih istirahat di rumah untuk memulihan kakinya. Hal itu tidak menutup fakta bahwa pojok kantin masih sangat berisik.

Ada Juan yang selalu duduk di tengah-tengah, ia sedang mengumpat kasar sambil bermain game di ponselnya yang sekarang berposisi lanskap. Di sampingnya ada Gio yang berbanding terbalik dengan Juan, ia ikut bermain tapi diam dengan wajah tenang.

Di depan Juan dan Gio ada Vie yang ikut bermain, tapi kesulitan karena baru pertama kali mencoba.

"Vie masa mati mulu!! Beban banget!! Jing, lo bantu gue dong!" omel Juan yang diiringi umpatan kasar.

"Ajarin gue!! Gue baru di sini!" balas Vie masih berusaha walau selalu sia-sia.

Hoshi duduk di sebelah Gio mendumel, "Juan, lo berisik banget!"

Jingga mengumpat. "Juan, lo jangan nafsu!"

Suara kantin didominasi oleh suara si double J yang saling mengumpat dan menyalahkan. Sedangkan Vie memohon pada Gio untuk diajarkan, tapi Gio berusaha keras berkonsentrasi pada permainannya di tengah-tengah kanan dan kiri yang saling mengumpat. Mereka sampai lupa kalau Iyan yang duduk di pojok juga ikut bermain bersama mereka.

"Kelas itu kok bisa saling kata-kataan tapi gak musuhan?" tanya Putri terkagum melihat interaksi kelas IPS 3 yang gak jarang kelihatan seperti ingin baku hantam.

Cila mendengus. Ekspresi wajahnya keruh. Ia kesal karena dipaksa ke kantin yang super berisik, ditambah lagi Ketua Cila sangat susah dihubungi, padahal Cila ingin membahas rencana festival. Masalahnya, kalau Colli gak mau tanda tangan, rencana festival ini gak bisa ditindaklanjuti.

Putri melihat temannya. Putri tahu bahwa Cila tak pernah senang diajak ke kantin saat jam istirahat, tapi dia gak pernah melihat ekspresi Cila segitu tak senang. Apakah Putri sudah kelewatan karena terus memaksa Cila?

"Kenapa, Cil?"

"Chat gue gak dibalas!!"

"Coba liat!" pinta Putri. Ia menggulir riwayat chat Cila dan Colli. Sudah hampir dua minggu Colli tak membalas padahal sudah dibaca. Putri mendesah prihatin pada temannya itu.

Lihat selengkapnya