Tepat setelah tujuh hari dari Colli berjanji ke Cila untuk pulih, Colli mendeklarasikan dirinya sembuh hari ini juga. Karena itu pada hari Jumat ini Colli sudah kembali ke sekolah meskipun masih berangkat bareng dengan Om Surya menggunakan mobil. Karena itu pula Colli jadi bisa bersembunyi terlebih dahulu di Ruang Kepala Sekolah selama senam Jumat pagi ini. Dalam benak Colli, ia sudah menyiapkan penampilan untuk mengejutkan teman-temannya karena dapat pulih secepat kilat.
"Liel, ada yang mau Om sampaikan."
Cekikikan licik Colli terhenti ketika ia mendengar suara Om Surya, yang juga menghentikan imajinasinya tentang debut kembalinya dari masa pemulihan di kelas nanti. Colli menatap Om Surya yang baru saja duduk di sofa serta meletakan sebuah map cokelat di atas meja di depan Colli, yang Colli asumsikan sebagai berkas atau lembar ujian.
Colli yang mulanya duduk bersandar dengan kaki terbuka lebar, setelah melihat Om Surya duduk di depannya jadi menegakkan punggungnya dan duduk yang lebih sopan.
"Apa, Om?" tanya Colli merespons Om Surya tanpa peduli banyak tentang map cokelat tersebut karena berpikir map tersebut tidak ada hubungannya dengan dirinya.
"Ini terkait orang tua kamu..." balas Om Surya agak berhati-hati karena merasa ini adalah topik sensitif untuk keponakannya itu. "Kamu mau dengar?"
Tangan Colli mengepal, menahan diri dari emosi yang berlebihan. Ia menarik napas karena merasa sedikit sesak tiba-tiba. Jika Colli mengatakan ia belum siap mendengar tentang orang tuanya, maka Colli akan kembali menunggu dan menunggu tanpa tahu apa-apa selain fakta bahwa kedua orang tuanya kabur kemudian meninggal dunia. Apa penyebabnya kabur, bagaimana meninggalnya, dan segala tentang kejelasan orang tuanya tidak akan Colli ketahui, tidak dalam waktu dekat.
Siap tidak siap, Colli merasa sekarang Colli harus menerima tawaran pamannya tersebut.
Dengan berat hati, Colli mengangguk.
Berat hati karena Colli memaksakan dirinya untuk siap. Om Surya menyadari hal tersebut. Keponakannya memberanikan diri untuk ini meskipun hati masih belum terlalu siap. Entah mengapa Om Surya merasa bangga sekaligus khawatir. Ia bangga karena keponakannya itu tidak lagi lari dari kenyataan, dan khawatir takut keponakannya terlalu memaksakan diri.
Tapi Om Surya tetap mengatakannya pada Colli.
"Kamu tahu kenapa orang tua kamu kabur? Kenapa kamu gak punya nama 'Jaya'?"
"Karena mereka ngebuang aku?" jawab Colli dengan nada bertanya karena tidak yakin. Sebab, pernyataan tersebut adalah hasil dari overthinking Colli sendiri serta gosip-gosip ketika kumpul keluarga. Setelah menghadapi keluarganya, Colli menyadari bahwa pernyataan tersebut tidaklah berlandas.
Om Surya tersenyum, senyum yang menyiratkan kesedihan. Pantas saja Colli selalu lari dari keluarganya, ternyata itu yang ada di dalam kepala anak itu. Colli merasa terbuang dan tidak layak untuk tetap bersama dengan keluarganya dan merasa keluarga besarnya membenci keberadaannya yang merupakan buangan. Om Surya menyesal karena baru menyadari hal tersebut sekarang.
"Bukan, Nak... Sama sekali bukan."