SCOMPARIRE

Cindy Permata
Chapter #2

BAB 2

Pulang petang sudah menjadi rutinitas untuk Kila. Perasaan lega lebih didapatkannya disaat dirinya berada diluar rumah. Inilah yang dilakukannya saat ini, pulang petang. Disaat mulai memasuki rumahnya,ia melihat sang bunda yang sedang menonton tv dan memeluk Sila kembarannya. Perih rasanya, bertahun-tahun sudah Kila tidak merasakan kebahagiaan itu.

"Assalamualaikum" ucap Kila.

"Waalaikumsalam" ucap Sila dengan senyum manisnya.

Kila menatapnya datar, dan berpindah menatap sang bunda. Bundanya yang menatapnya sinis menghampirinya. Membuat perasaan Kila menghangat. Sudah lama sekali bundanya itu tidak pernah menghampirinya seperti ini. Kila pun tersenyum, hatinya sangat bahagia.

"Bun-" ucap Kila terpotong.

Plakkk , tamparan dari sang bunda mendarat begitu sempurna di pipi kirinya. Air matanya menetes begitu saja dari matanya. Perih, sangat perih itulah yang ia rasakan dalam hatinya.

"Bunda!" teriak Sila.

Sambil berjalan tertatih akibat kakinya yang habis terkilir, Sila berjalan menuju bunda dan saudarinya.

"Bunda kenapa sih? Kak Kila tuh nggak salah bun. Aku terkilir juga bukan salah kak Kila." jelas Sila kepada sang bunda.

Tanpa mau mendengar penjelasan Sila, pendengaran sang bunda seakan tertutup. Tatapan sinis terus tertuju pada Kila. Membuat Kila menunduk kan kepalanya, dan terus meneteskan air matanya.

"Kamu tau apa kesalahan kamu! Emang ya kamu itu anak yang tidak becus! Gini mau dipanggil kakak?! Kakak yang tidak tau tanggung jawab ha! Pulang selalu malam! Mau jadi apa kamu! Untung kami masih mau memberimu tempat disini! Dimana kamu hingga Sila bisa terkilir seperti itu! Hah! Anak tidak tahu terima kasih!" bentak sang bunda.

"Bunda stop! Udah aku bilang ini bukan salah kak Kila!" jelas Sila geram dengan sikap sang bunda. Baginya tidak seharusnya bundanya berkata seperti itu, apalagi memang ini tidak ada hubungannya dengan Kila sama sekali. Kila juga anaknya, hanya karena ketidaksengajaan kecil di masa lalu tidak seharusnya bundanya memiliki rasa dendam seperti itu.

Tanpa membalas satupun perkataan diantara mereka, Kila berlari keluar rumah dengan air mata yang terus mengalir. Tidak mempedulikan pakaian seragam sekolah yang masih menempel lengkap ditubuhnya.

Lihat selengkapnya