Makan malam spesial dengan keluarga Yasojima di salah satu restoran seafood di sudut kota Tokyo. Restoran yang menyajikan berbagai hidangan laut itu memang cukup enak rasanya apalagi udangnya tidak amis sama sekali dan rasanya baru saja diambil dari tambak, rasanya masih segar. Tapi tak ada yang bisa mengalahkan juara seafood sedunia, mana lagi kalau bukan bumbu racik ala Indonesia ditambah dengan lalapan dan sambal terasinya plus keringat abangnya, ehmmm... sip markosip.
Duduk di sudut restoran mengambil meja untuk enam orang agar terasa agak lebih longgar. Restoran dengan pelayanan yang sangat bermutu sama bermutunya dengan kebersihan tempatnya. Desain dengan kayu mendominasi lantai dan dinding di tempat ini serta cahaya lampu pijar putih gading yang tak menyilaukan mata menjadikannya terkesan lebih cozy.
“Sejak kamu datang, otousan dan okaasan jadi sering pulang cepat dari tempat kerja,” kata Kazuki yang tangannya sedang sibuk membuka kepiting kecil-kecil.
“Oh ya?” kataku sedikit terkejut. “Memang kalau tak ada aku pulang jam berapa?” tanyaku yang sama-sama sibuk membuka capit kepiting rebus yang dibekukan bersama es batu.
“Jam 12 malam atau lebih atau bahkan tak pulang, mereka bisa tidur di kantor sampai besok atau pernah mereka pulang hanya untuk mandi lalu kembali lagi kesana sampai beberapa hari ke depan,” kata Kazuki yang akhirnya menyerah lalu menggunakan gunting capit untuk membuka tubuh kepiting.