Se Kai No Dare Yori Mo Aishiteru

Michaela Noe
Chapter #196

Keluarga Yasojima

“Aika...,” Suara lembut seorang wanita dengan aksen Jepang memanggilku yang sedang duduk dengan mata membengkak di depan TV ditemani Kazuki dan Riku.

Aku menengok mencari dimana wanita hampir paruh baya itu berdiri, dan aku menemukannya berdiri bersama suaminya di dekat pintu penghubung antara ruang sebelah dengan ruang TV yang bisa disebut juga ruang serba-serbi karena fungsinya yang macam-macam di ruangan yang memanjang namun kecil ini. Pasangan itu tersenyum sambil membawa satu kotak besar persegi panjang pipih yang membuatku dan anak laki-lakinya bingung.

Samar-samar aku menangkap apa yang sedang ditanyakan Kazuki pada orang tuanya. Lima bulan aku hidup bersama orang Jepang dan 8 hari aku benar-benar masuk di lingkungan orang Jepang tulen membuatku menambah deretan prestasi dalam hidupku. Walau tak kumengerti secara setail tapi intinya aku bisa paham.

“Open it!” kata mama keduaku itu sambil tersenyum.

Meski aku bisa menebak sedikit-sedikit apa yang mereka bicarakan tapi aku tak menangkap apa yang mereka bicarakan tentang isinya.

Kubuka pelan-pelan takut merusak kardusnya yang juga dibungkus dengan sangat apik. Kazuki yang sudah tahu apa isinya tapi masih penasaran dengan bentuknya pun ikut-ikutan tegang saat aku membuka kardusnya.

Kain berwarna kuning...?!

Kuambil lembaran kain yang telah dilipat dengan rapi dan tampak lebar yang kemudian lipatan-lipatan itu membuka dan terus membuka menjadi sebuah..., sebuah kimono berwarna kuning apik dengan corak bunga-bunga sakura di beberapa tempat yang membuat aku dan Kazuki ternganga seketika.

“Kimono?!” tanyaku pada mereka.

“Yukata,” jawab Kazuki singkat, padat, dan jelas. “Kimono biasanya untuk acara resmi dan yukata biasanya untuk musim panas,” lanjutnya.

“Aika, coba kamu pakai,” kata Kazuki dengan nada kalem kepadaku menerjemahkan apa yang dimaksud oleh okaasan.

“Heee?!?” Responku tentang perkataan cowok Jepang itu.

Cowok jangkung itu hanya mengangguk dengan wajah polos yang diikuti anggukan mamanya sambil tersenyum lembut. 

“Disini?” tanyaku pada Kazuki.

Dia kembali mengangguk sambil memandangiku.

Lihat selengkapnya