“Aika,” Suara kalem itu memanggilku.
“Ya?” responku pada cowok Jepang itu.
Tak ada suara lagi setelah aku meresponnya yang membuatku akhirnya menengok ke arahnya setelah sibuk dengan barang-barangku yang sedang kumasukkan ke dalam kopor. Tapi yang kudapati hanyalah raut wajah sedih dan murung yang kembali diperlihatkan oleh cowok melankolis itu.
“Kazu, ada apa?” tanyaku bingung sambil tetap bersimpuh di depan koporku.
“Kazu...,” panggilku sekali lagi karena tak ada respon apapun.
“Eng..., enggak apa-apa kok,” jawabnya sembari berjalan ke arahku lalu duduk bersila di sebelah koporku dan membantuku memasukkan barang-barangku yang sudah 8 hari lamanya duduk manis di atas meja kamar ini.
“Kazu...,” Aku langsung memegang tangannya dan mencegahnya untuk memasukkan barang-barangku yang kelima yang sudah dimasukkannya.