Untuk terakhir kalinya dalam rangkaian perjalanan ini aku makan pagi bersama dengan keluarga Yasojima di ruang makan mungilnya yang serba guna bersama Riku yang terus menggongong di bawah kaki Kazuki.
“Aika, let me help you,” kata Hideaki dengan senyumnya yang memang memperlihatkan bahwa dia adalah seorang cowok yang tangguh.
Aku hanya tersenyum lirih padanya sambil menyerahkan tas ranselku padanya.
“Hideaki,” Aku memanggilnya sesaat dia sudah membalikkan badannya membelakangiku dan dia kembali menengok ke arahku. “Arigatou,” kataku sambil tersenyum kecil padanya. Dan dia hanya mengangguk lalu berpaling membawa ranselku keluar rumah.
“Aika,” suara lembut yang akan selalu kurindukan itu memanggilku.
Aku mengangguk dan menghampirinya, dia mengusap kepalaku lalu memelukku sebentar, tak ada lagi sisa air mata, aku benar-benar pasrah kali ini.
Dan kupalingkan sebentar wajahku ke belakang untuk melihat rumah keluarga Yasojima sebelum benar-benar keluar dari pintu utama rumah ini. Sedih tapi tak ada yang bisa kuperbuat, aku hanya melihat dan berharap suatu hari nanti aku benar-benar bisa kembali ke rumah ini beserta kelima pemiliknya yang menyambut aku dengan tawa dan senyum.
“Snow!!!” kata wanita hampir paruh baya itu saat membuka pintu rumah yang di belakangnya ada suaminya dan kedua anak laki-lakinya serta satu anak perempuannya.