Terminal keberangkatan yang tampak sangat besar dan bagus, tak sama dengan bandara kedatangan. Tapi sebagus apapun bandara ini, saat ini aku sama sekali tak excited dengannya.
Masih ada satu setengah jam sebelum pesawat tinggal landas artinya tinggal satu jam aku bersamanya.
Tak satu pun dari kami membuka mulut untuk sekedar bercerita. Rasanya saat ini kami berdua sudah tak tahu lagi topik apa yang harus dibicarakan, perasaan kacau, hampa, pasrah, berpura-pura rela, sedih, kosong, atau apa aku juga sudah tak tahu. Hanya satu yang mewakili kami berkomunikasi yaitu genggaman tangan kami yang saling berkait antara jari-jemarinya dengan jari-jemariku.
“Aika,” Tiba-tiba Kazuki melepaskan tangannya dari tanganku dan mengaduk-aduk tasnya.