“Nih daun palemnya,” kata mom memberikan sebuah daun palem yang sangat besar ukurannya sampai seperti payung.
“Kenapa mukamu?” tanya mom padaku sambil berjalan menuju pintu gereja.
“Nangis lagi ya?” lanjutnya. “Sudah jangan nangisin Mark terus, anaknya aja sudah nggak pernah kontak kamu kok ngapain kamu nangisin sampai nggak makan nggak tidur, lihat sekarang kamu tu kurus banget dan jelek tau nggak! Tulang pipi jadi kurus banget, kelihatan tua, mata hitam semua,... bla bla bla,” kata mom mengomeliku tapi nadanya terdengar mengkhawatirkanku.
Sepengetahuan mom selama ini aku menangis dikarenakan aku putus dengan Mark. Kalau mom tahu hubunganku dengan Kazuki pasti dia akan sedih, dia pasti akan berpikir Ya ampun kenapa anakku dapat lebih muda lagi dan lagi jaraknya 6 tahun dan lagi orang Jepang pula. Cerita klasik yang sudah kuketahui dari lama, makanya aku tak pernah cerita apapun kepada mom.
Tanggal 28 Maret 2010, tepat hari ini adalah hari Minggu Palma, dimana umat Katolik merayakannya sebelum memasuki masa Pra Paskah dan Paskah. Aku duduk terpisah dari keluargaku karena tak ada lagi tempat duduk kosong di kursi panjang Gereja Katedral itu. Akhirnya aku memilih tempat duduk di paling belakang yang kuharap aku bisa tidur diam-diam. Aku benar-benar sakit kepala, pusing, ngantuk tak tertahankan, dan mataku yang membengkak seperti katak ini membuatku menjadi tambah berat dan mood yang semakin tak karuan. Perasaanku yang kacau dengan pikiran yang kacau pula. Aku masih sedih dengan jawaban Kazuki kemarin. Aku tak tahu lagi harus berbuat apa selain memejamkan mata sebentar di saat misa berlangsung, aku benar-benar sakit kepala dan aku mulai merasakan tubuhku panas dan meriang.
“Ma, badanku panas nggak?” tanyaku pada wanita paruh baya yang postur tingginya sama denganku.
Disentuhlah dahiku dengan tangannya yang hangat dan wajahnya yang tampak sangat khawatir.
“Panas banget!!! Kamu nggak apa-apa?! Kamu ini gimana sih setiap kali mau pergi kok mesti sakit, besok kamu ada interview kerja terus gimana? Padahal nanti sore kamu harus berangkat ke Jakarta, duhhhh!!! Kamu ini selalu bikin mama bingung aja,” katanya ngomel-ngomel sendiri memarahiku.