Sea, the only one friend

meliahalim
Chapter #1

Orang Asing


Untuk semua cermin penuh kebohongan yang hampir retak.

***


Sebab kemarahan adalah kumpulan kesedihan yang tak pernah bisa di ungkapkan. Atau tak pernah terselesaikan.


***


Aku berkenalan dengan seorang gadis manis dalam rona duka cukup pekat.


Pertemuan gelap, dalam ruang-ruang rahasia, bisikan-bisikan penuh dosa yang ia bicarakan membuat kewarasan siapa saja terasa terkelupas perlahan, gadis itu merasa tak berguna, ia adalah perempuan muda dengan rasa percaya dibawah rata-rata mungkin ia harus melakukan remedial berulang kali untuk rasa percayanya yang berada di kerak bumi. Terkadang cenderung pengecut sebenarnya. Lucunya perempuan itu mengakui kepengecutan-nya dengan tawa nenek sihir, mata sinis dan nada skeptis.


Dialog pertama yang canggung sebab kami bertemu dalam ruang sunyi bau air kencing kucing liar, kemudian berteman dalam sekumpulan benang kesakitan yang nyaris serupa. Berbagi tawa, tak jarang kami membandingkan luka. Kami juga senang mengumpat dan menangis. Kesamaan yang menakjubkan.


Sungguh sebuah dongeng mengharukan sebab kami melakukannya saat tengah malam, saat banci-banci menor melakukan transaksi ilegal, para pengamen yang mabuk sebab arak murah bercampur kencing kuda, penjual gerobakan yang mulai bosan memanaskan wajan lantaran tak ada satu pun manusia yang mengisi perut di tenda-tenda tua dan robek. Pada lantunan ayat-ayat milik Tuhan yang tersalur dari bibir-bibir kiyai yang memilih tak tidur. Atau untuk hantu-hantu genit dan kesepian yang terbang dan menganggu manusia dengan cekikikan mirip token sekarat. Sungguh wajah-wajah hantu itu macam kue kadaluarsa dengan jamur memenuhi muka. Tak ada yang menarik dari penampilan mereka.


Hingga aku sering melihatnya menangis ketika sendirian (bukan meraung-raung tentu saja) hanya air mata kecil yang terlihat lucu di wajahnya yang murung dan kusam. Dengan baju kebesaran dan ada robekan sebagian. Kurasa bahunya memang tak sekuat itu untuk menelan peristiwa-hal-keadaan tak terduga mencakup kecewa, kekalahan dan kebingungan.


Aku pernah bertanya tentang cinta padanya, tetapi yang kudapatkan hanya lirikan sinis dan kebisuan menyedihkan. Kupikir ia adalah manusia paling konyol, aneh dan berani, ya, memang kadang berani, hanya pada saat darurat (tidak ada pilihan/atau saat dirinya menyadari tidak ada satu orang pun yang mau menyeburkan diri). Ia membawa keranjang penuh beban-kesakitan-duka tanpa tahu cara melepaskan dengan benar.

Lihat selengkapnya