Pikir ku, dongeng ini akan menjadi rahasia paling abadi yang tersimpan dalam memori, sayangnya aku berubah pikiran.
***
Sebab kemarahan adalah kumpulan kesedihan yang tak pernah bisa di ungkapkan. Atau tak pernah terselesaikan.
***
Aku berkenalan dengan seorang gadis manis dalam rona duka cukup pekat.
Pertemuan gelap, dalam ruang-ruang rahasia, bisikan-bisikan penuh dosa yang ia bicarakan membuat kewarasan siapa saja terasa terkelupas perlahan, gadis itu merasa tak berguna, ia adalah perempuan muda dengan rasa percaya dibawah rata-rata mungkin ia harus melakukan remedial berulang kali untuk rasa percayanya yang berada di kerak bumi. Terkadang cenderung pengecut sebenarnya. Lucunya perempuan itu mengakui kepengecutan-nya dengan tawa nenek sihir, mata sinis dan nada skeptis.
Dialog pertama yang canggung sebab kami bertemu dalam ruang sunyi bau air kencing kucing liar, kemudian berteman dalam sekumpulan benang kesakitan yang nyaris serupa. Berbagi tawa, tak jarang kami membandingkan luka. Kami juga senang mengumpat dan menangis. Kesamaan yang menakjubkan.
Sungguh sebuah dongeng mengharukan sebab kami melakukannya saat tengah malam, saat banci-banci menor melakukan transaksi ilegal, para pengamen yang mabuk sebab arak murah bercampur kencing kuda, penjual gerobakan yang mulai bosan memanaskan wajan lantaran tak ada satu pun manusia yang mengisi perut di tenda-tenda tua dan robek. Pada lantunan ayat-ayat milik Tuhan yang tersalur dari bibir-bibir kiyai yang memilih tak tidur. Atau untuk hantu-hantu genit dan kesepian yang terbang dan menganggu manusia dengan cekikikan mirip token sekarat. Sungguh wajah-wajah hantu itu macam kue kadaluarsa dengan jamur memenuhi muka.
Hingga aku sering melihatnya menangis ketika sendirian (bukan meraung-raung tentu saja) hanya air mata kecil yang terlihat lucu di wajahnya yang murung dan kusam. Dengan baju kebesaran dan robek sebagian. Kurasa bahunya memang tak sekuat itu untuk menelan peristiwa-hal-keadaan tak terduga mencakup kecewa, kekalahan dan kebingungan.
Aku pernah bertanya tentang cinta padanya, tetapi yang kudapatkan hanya lirikan sinis dan kebisuan menyedihkan. Kupikir ia adalah manusia paling konyol, aneh dan berani, ya, memang berani hanya pada saat darurat (tidak ada pilihan/atau saat dirinya menyadari tidak ada satu orang pun yang mau menyeburkan diri). Ia membawa keranjang penuh beban-kesakitan-duka tanpa tahu cara melepaskan dengan benar.
Mungkin, akulah satu-satunya yang akan mencintai dan membuatnya kembali percaya (jika ia memilih itu). Terlalu sulit melakukan negosiasi dengan manusia yang memiliki riwayat patah hati akut (stadium paling akhir dan merepotkan) Di matanya yang hanya segaris, kutemui ketakutan sekaligus keberanian, kendati samar rasa berani itu ada di sana (terlihat setitik pun tak masalah, itu saja sudah sangat luar biasa), sebab ia masih bertahan dan tak memilih meloncat. Untung saja ia juga tak menyemili kapur untuk tikus-kecoa-serangga yang di jual murah di warung Madura.
Aku menemukan seorang gadis sendu yang menyelimuti dirinya dengan perasaan malu akan hidupnya yang pilu. Ia merasa dirinya bukan apa-apa, tak bernilai dan cenderung menyebalkan, tetapi naluri boneka ku yang naif mengetahui dengan pasti bila hatinya baik, baik sekali hingga ia mudah sekali menangis karena hal remah macam membaca catatan mimpi miliknya saat TK (Sebab tulisannya awut-awutan, abstrak, tak bisa di deteksi dan tak bisa baca dengan baik). Terkadang ia tertawa besar tapi tak lama sebab ia akan menghabiskan waktu dengan menangis dibawah selimut tipis murah yang di dapatinnya dari diskon bulanan sebuah aplikasi daring (hasil begadang) dengan gratis ongkir dan bonus karet rambut bunga.