Jika manusia tidak berhasil di lahirkan, dimana ia akan tinggal?
Seandainya luka adalah bahasa, dalam bahasa mana ia akan berbicara?
***
Malam kemarin Sea menuliskan tiga lembar penuh tulisan dengan berbagai genre, satu lembar untuk ocehan tak penting tentang bagaimana seandainya bila Tinkerbell benar-benar nyata, ia juga membuat pemikiran fiksi penuh imajinasi dengan menyebutkan sebuah kereta yang bisa berbicara (katanya kereta itu akan melakukan gosip-gosip murahan macam manusia saat berada di gerbong, atau kereta itu akan bernyanyi dalam suara pelan saat di jalankan), juga untuk rumah-rumah tanpa penghuni yang dipenuhi sekumpulan hantu, ia juga menulis tentang seekor hantu genit, kesepian, agresif, tukang menggangu, hantu bisu, hantu depresi dan hantu menor macam banci-banci yang melakukan pelacuran. Semenjak tulisannya ku puji, gadis itu lebih sering menuliskannya dibandingkan berbicara langsung. Sea mendadak sulit ditemui dan memilih membisu dengan berlembar-lembar kertas macam artis baru cerai. Ia menjadi lebih unik dan merepotkan.
Tak hanya deretan huruf--gambar yang gadis itu sisipkan, Sea menjadi sangat kreatif dengan menambahkan bungkus bekas ciki (dengan catatan : itu adalah makanan yang ia makan saat menulis, dan meminta padaku untuk membelikannya lagi saat gajian). Sea juga menambahkan bubuk Glitter, payet, daun kering dan dua bungkus permen karet. Sea yang tanpa ekspresi, sesungguhnya menyimpan banyak kejutan dalam diri. Selain dari fakta bila ia juga senang memaki.
Lalu di lembar kedua ia menuliskan parade kalimat dengan bunyi :
Jika manusia tidak berhasil di lahirkan dimana ia akan tinggal?
Kau pernah bertanya hal itu di dalam hidup? Seandainya kita ini tidak sempat menyentuh bumi, maka dimana Tuhan menaruhnya?
Di surga seperti para nabi, di gunung-gunung seperti kata mitos-mitos, mungkin di laut lepas seperti cerita rakyat? Atau mungkin di laci-laci tempat kecoak dan rayap.
Coba berpikir seandainya Tuhan menaruh mu di surga? Kau yang jelalatan akan mendekati pria-pria tampan di sana, lalu menjadi genit dan menempeli mereka (berdoa saja jatuh cinta mu tak sendirian lagi), kau yang suka uang akan mengeruk emas dan berlian ke dalam saku baju mu hingga penuh dan tumpah, kau akan menghabiskan seluruh susu dan kurma di sana, lalu berjalan centil di antara banyaknya taman indah.
Tapi bagaimana jika kau di simpan dalam gunung-gunung tua dan angker penuh jejak misteri, kau menjadi tujuan utama manusia membuat mitos-mitos gila, bisa juga kau di jadikan tempat meminta kekayaan orang-orang (tak) punya agama. Kau akan berbagi tempat tinggal dengan ular, kelelawar, beruang dan serigala jika saja Tuhan menaruh mu di dalam gunung.
Lalu seandainya laut menjadi tempat tinggal mu, akan seperti apa keadaannya? Layaknya cerita rakyat tentang Dewi-Dewi yang menempati lautan, kau akan memiliki kekuatan untuk mengendalikan air laut sesuai dengan mood-mu sendiri. Kau akan menjadi ketua untuk paus, pari, udang, kepiting, gurita, cumi, hiu, lumba-lumba, ikan balon, tuna dan salmon. Betapa hidupmu menjadi sebuah buku cerita anak ber-genre fauna. Kau mungkin akan menjadikan anjing dan bintang laut sebagai teman gosip.
Dan terakhir seandainya kau di simpan dalam laci-laci penuh kecoak dan rayap, bagaimana kira-kira bentuknya? Macam semut mungil? Menjadi serangga dengan banyak kaki, atau justru kau menjadi peri kecil macam Tinkerbell di sana, kau akan punya banyak warna dan sayap, kau bisa berpindah dengan mudah, menaburkan keajaiban pada kehidupan siapa saja. Kau juga akan menjadi peri centil dengan hinggap di bahu-bahu pria tampan.
Ayo buat andai-andai (yang bersifat mustahil).
Dan jika saja kita bisa memilih orang tua, aku ingin lahir di keluarga yang tidak ada sosok seperti ayahku saat ini. Aku akan memilih seorang ayah dengan rasa sayang paling megah, ku buang segala sikap buruknya (seperti: gila wanita, tukang berbohong, kasar dan pemarah). Dan aku akan tetap memilih mama jika pilihan itu Tuhan berikan. Bagaimana? itu terdengar menyenangkan? Bila kita kembali lahir dengan memiliki peran seorang ayah yang jauh lebih baik, mungkin rasa takut dan cemas itu tak pernah menjadi minuman yang jiwa mu teguk.
Seandainya saja semua hal bisa kita kendalikan dengan mudah, betapa manusia menjadi pribadi dengan arogansi paling tinggi. Palet warna yang Tuhan lukis terlalu pekat untuk mewarnai sketsa yang telah dibuat.