Kita semua ada dalam permainan yang sama, bermain dalam level berbeda, berdamai dengan neraka yang sama, hanya saja berbeda penjahatnya.
Tidak ada satu manusia yang Tuhan biarkan sendiri, selalu akan ada kado terbaik untuk setiap manusia yang mau menunggu dan melakukan perdamaian dengan diri
***
Paksakan dirimu bahagia, hingga kau akan terbiasa merasakannya. Hingga kau merasakan betapa pantasnya rasa itu kau cicipi.
***
Aku melakukan percakapan dengan diriku dalam waktu yang lama dan melelahkan, aku menemukan diriku dalam kebingungan dan kehampaan tanpa henti. Aku bertemu dengan diriku yang lainnya. Yang bersembunyi dalam luka-luka dan derita.
Aku juga menemukan keberanian saat hatiku tengah ketakutan, aku menemukan hal-hal magis dalam kehampaan yang tercipta.
Aku bertemu dengan diriku yang kesepian, pemarah dan penuh tawa. Tapi saat itu ia tak bisa di ajak bicara. Terkadang ada air mata di sana, tak jarang matanya yang jenaka akan terlihat berkelana. Aku bertemu dengan diriku cukup jauh dan melelehkan, diriku yang lainnya yang bersembunyi dalam selimut lara yang tersingkap, orang asing dengan luka yang ada dalam tubuh ku. Aku mengenal sesosok perempuan penuh trauma yang senang tertawa-tawa. Ia menipu dunia dengan penuh kebohongan dan kesempurnaan, sebab tak ada satu pun yang menyangka bila hatinya memang menampung banyak lara. Aku melakukan peran dengan sempurna layaknya aktor handal dalam sebuah drama. Aku harus bertepuk tangan untuk setiap permainan palsu yang ku nyanyikan setiap waktu.
Aku juga bertemu dengan diriku yang tengah jatuh cinta, ia begitu naif dan rapuh. Terkadang banyak binar bahagia di sana, tapi terlalu sering ia merasa sesak. Sebab untuk pertama kalinya ia jatuh serumit ini, ia menginginkan pria sehebat ini. Tetapi mulutnya memilih untuk tak bercerita apapun. Aku menemukan diriku yang lainnya saat hatinya jatuh pada pria, ia melakukan hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Ia menyusun masa depan di kepala dengan pria itu, pria yang ia lihat tengah jatuh pada yang lainnya. Betapa ironi ini ku putar dalam usia dewasa, sebuah paradoks menyedihkan.
Aku menyembunyikan diriku dari diriku yang lainnya. Dari diriku yang kejam, kesepian dan penuh dendam. Aku menyembunyikan diriku yang rumit dalam diri ku yang ceria dan pemaaf. Aku juga pandai melakukan dua hal dalam satu waktu, tersenyum amat lebar dan mengumpat dalam hati. Betapa banyak bakat tersembunyi yang ku miliki.