Ayah mengambil durasi tidur amat panjang dalam sepetak kecil tanah di tengah luasnya bumi, ayah membiarkan ku menghadapi badai seorang diri bermodalkan trauma, luka dan duka serta mungkin doa-doa.
Perjalanan panjang yang berisikan kehinaan sudah ayah lakukan dengan nilai sempurna, ayah menciptakan lagu-lagu kelam dalam rumah yang seharusnya menyimpan berkotak-kotak tawa dan kebahagiaan.
Aku selalu ingin tahu luka apa yang ayah simpan hingga melakukan semua kegilaan itu. Aku juga bertanya-tanya seberapa senang ayah menjalani hidup dengan hanya melakukan maksiat dan berkencan dengan wanita-wanita panggilan. Memilih bersedekah pada mereka dibandingkan membayar tagihan sekolah.
Ayah memberikan terlalu banyak bait-bait gelap hingga aku kesulitan berjalan. Aku juga ketakutan menyentuh lirik romansa dalam hidup. Pikir ku, ayah yang berbagi darah dengan ku saja mampu menyakiti apalagi dengan pria-pria di luar sana. Mereka lebih mampu menghancurkan ku lebih parah. Itu adalah alasan yang ku gunakan untuk tidak membangun percintaan dengan siapapun.
Aku pernah membenci ayah dan mematikan seluruh perasaan sayang, serta hormat. Tapi menyimpan kebencian hanya akan membuat ku kesusahan, tidak ada keuntungan apapun yang ku dapatkan ketika memilih membenci ayah sendiri. Berapa lama aku mendamaikan diri, dengan pelan-pelan melupakan seberapa berengsek ayah mengambil peran. Seandainya ayah masih ada, aku ingin bertanya banyak hal. Tentang perasaan ayah sesungguhnya? Bagaimana ayah berubah menjadi monster yang menakuti anak dan istri, bagaimana seandainya di masa depan bila anak perempuan ayah mendapatkan suami seperti apa yang ayah lakukan pada mama? Apa ayah akan menghajarnya dan murka? Sayangnya itu sudah terjadi, kakak perempuan bercerai dari suaminya dengan cara paling menjijikan. Ayah tahu bila putri yang paling ayah sayangi di khianati dan di ceraikan suami tanpa membawa dan mendapatkan apapun. Pria bajingan itu mengirimkan video asusila miliknya dan seekor wanita sundal pada putri ayah. Bagaimana kira-kira perasaan ayah ketika melihat hal itu secara langsung? Sayang ayah memilih tidur lebih dulu karena terlalu frustasi. Ayah mungkin di atas sana melihat bagaimana kami melakukan kehidupan. Ada yang diam-diam merusak diri dengan narkotika hingga di penjara, ayah melihat itu? Kami melakui badai yang berlalu-lalang dengan tawa kering. Sedang aku, aku memilih menghukum diriku untuk hal-hal yang bukan menjadi tanggung jawabku, aku menghukum diriku dengan tidak mengambil banyak kesempatan untuk bahagia karena merasa tak pantas mendapatkannya saat melihat seberantakan apa hidup saudara yang lainnya.
Ayah, aku mungkin tidak menjadi seorang yang ayah bayangkan, tapi aku berhasil menjadi seperti apa yang aku inginkan. Aku punya banyak rasa penerimaan sebab luka-luka masalalu, aku mampu menjalani hari tanpa merusak diri. Aku juga punya banyak keahlian, aku bisa menulis apa saja yang kurasakan, melukis, aku juga pandai membuat cookie, memasak, aku punya yang lainnya seperti membuat cangkir dan merangkai bunga. Aku membuat diriku layak untuk siapapun.