Searching True Love

Karen Agatha
Chapter #5

Dunia Baru

Catatan:

1Ggotsin (꽃신): Nama sepatu kulit tradisional Korea yang biasa lebih dikenal sepatu bunga, sering dipakai oleh anak kecil perempuan atau gadis muda.

2Hye (혜): Jenis sepatu pendek / sepatu low-rise.

3Daenggi Meori (댕기 머리): Gaya tradisional dinasti Joseon dimana rambut dibuat menjadi jalinan tunggal dan pita yang besar, digunakan oleh perempuan yang belum menikah.

4SMPA / Seouljibang Gyeongchalcheong (서울지방경찰청): Singkatan dari Seoul Metropolitan Police Agency atau Agensi Polisi Seoul Metropolitan adalah kantor polisi yang berpusat di ibu kota Seoul.

5Hopae (호패): Lebih lengkapnya hopaebub (호패법), adalah kartu identitas diri yang digunakan oleh orang Korea mulai berusia 16 tahun saat zaman dinasti Goryeo dan Joseon, mulai dari status keluarga kerajaan hingga rakyat biasa. Kartu ini merekam nama, tempat lahir, status, dan tempat tinggal pemilik kartu identitas diri dalam hanja.

6Suddenly at Midnight (깊은밤 갑자기): Film klasik horror Korea Selatan yang dirilis 17 Juli 1981 yang diproduksi oleh Ko Young Nam.

💮

Bab 5

Musim Panas bulan ke-7 tahun 1981 di kota Seoul

Embusan angin yang lumayan kencang mengembuskan sekeliling Yi Tae Jun. Matanya seketika ia pejamkan karena dashyatnya embusan angin. Tangan kiri Yi Tae Jun terlihat seperti sedang mengepal. Padahal tadi, tangannya sedang menggenggam tangan kanannya Lee Shin Ae.

Sesaat kemudian, Embusan angin kencang itu hilang secepat kilat.

Kedua mata Yi Tae Jun perlahan terbuka untuk melihat apa-yang-baru-saja-terjadi. Ia pun terkejut mendapati suasana di sekitarnya tampak berbeda sekali. Bukan hanya pandangan saja yang berbeda, suara yang ia dengarkan pun tidaklah hening seperti saat zaman dinasti Joseon. Suara mobil kuno berjalan itu sangat membuatnya bingung. Bahkan orang-orang pun ada yang berpakaian jas kantor. Tak lepas ia pun menemui jalanan yang telah diberi aspal. Bahkan bangunan sudah ada yang terbuat dari beton.

Semuanya kini tampak tak wajar di mata Yi Tae Jun.

“Apa.. masa depan seperti ini?” tanya pada dirinya sendiri. “Benar-benar aneh..”

Ia pun segera menyadari bahwa ada sesuatu yang ganjil. “Lee.. Shin.. Ae..? Ke mana dia pergi?” kejutnya sambil melihat ke kiri-kanan bahkan ke arah belakangnya. “Bukankah.. dia ada di sampingku tadi?”

“Lee Shin Ae!” teriak Yi Tae Jun sambil mencari Lee Shin Ae yang menghilang, sambil membuka topi satgat nya untuk melihat sekeliling lebih jelas. Seraya berlari kecil, ia terus memanggil nama Lee Shin Ae. Tak luput semua pandangan tertuju padanya. Penyebabnya adalah gaya pakaian yang ia kenakan itu seperti warga dinasti Joseon. Tentu saja hal ini dianggap aneh karena orang-orang sudah mengetahui berakhirnya zaman dinasti Joseon. Banyak orang yang berpikir tentangnya, Apakah dia sedang syuting film?

“Permisi,” tiba-tiba suara itu terdengar tertuju pada Yi Tae Jun dari arah belakang.

Secara singkat, Yi Tae Jun menghadap ke belakang untuk melihat siapa orang yang memanggilnya. Terlihat seorang perempuan berpakaian blouse hitam seragam sekolah dengan sepatu hitam –yang terlihat seperti sepatu ggotsin1 berjenis hye2– dan berambut berkepang dua. “Hmm.. kakak, sedang mencari seseorang?” tanya perempuan itu malu-malu.

“Ye. Apakah Anda melihat perempuan dengan tinggi kira-kira 158 meter, berpakaian hanbok berwarna hijau telur asin dengan gaya rambut daenggi meori3?” tanya Yi Tae Jun sambil menunjukkan bahasa tubuh untuk mencontohkan diri Lee Shin Ae. “Wajahnya oval dan bibirnya tipis. Matanya sipit tetapi memiliki lipatan kelopak mata.”

“Maaf, aku tidak melihatnya, kak. Kenapa kakak tidak melapor ke kantor SMPA4 saja?”

SMPA? pikir Yi Tae Jun bingung, “Bisakah Anda mengantar saya ke sana?” pinta dia.

***

Sesampai di lokasi kantor SMPA, Yi Tae Jun memandang ke arah papan bertuliskan hangeul di kantor yang berlantai 4 ini.

Seoul? Bukankah seharusnya Hanseong? bingung Yi Tae Jun kemudian masuk ke dalam kantor.

Yi Tae Jun melihat ke sekeliling ruangan yang ia masuki. Perasaan takjub, heran, kaget, bingung, semuanya bercampur menjadi satu. Karena juga ada perasaan penasaran, dia pun meraba dinding kantor polisi. Hal ini membuat dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di sekitarnya. Tak luput ia memegang topi polisi –hitam mengkilat– yang diletakkan di atas meja berkaca.

Lihat selengkapnya