Catatan:
1Di akhir kesulitan pasti ada kebahagiaan (고생 끝에 낙이 온다; gosaeng kkeute nagi onda): Peribahasa Korea yang digunakan untuk mendorong seseorang agar tetap bekerja keras dan tidak menyerah. Dalam bahasa Inggris, sama seperti peribahasa 'no pain, no gain'.
2Sangmin (상민): Status kelas untuk rakyat jelata di zaman dinasti Joseon yang meliputi, farmer (petani yang bergerak di bidang pertanian), peasant (petani yang merupakan anggota dari kelas tradsional petani, baik buruh atau pemilik peternakan kecil), pedagang, pengrajin, dan macam-macam buruh.
3Cheonmin (천민): Kelas untuk orang-orang buangan di zaman dinasti Joseon yang meliputi, status baekjeong (백정) (pengembara), dan status nobi (노비) (pengemis dan budak).
4Baekjeong (백정): Kelompok minoritas 'tak tersentuh' dari Korea dan menjadi pengembara karena itu. Biasanya status baekjeong mengalami diskriminasi parah dari kelas atas. Adapun status baekjeong dibagi menjadi dua kelompok: hwachae (화채), dan jaeincheong (재인청). Kelompok jaeincheong meliputi penghibur seperti gisaeng, sseummu (세습무) syaman turun-temurun, jaein (재인) pemain akrobat, yein (예인) penghibur penari dan penyanyi, gwangdae (광대) badut dan pemain syaman, dan hwarang (화랑) pengiring musik syamanisme; akan tetapi sebutan hwarang yang merujuk pada kelompok kaum muda terpelajar menjadi pemimpin dalam masyarakat dengan status kelas tinggi itu berbeda dan mengalami penurunan konotasi mulai abad ke-12 menjadi sekelompok syamanisme.
5Jungin (중인): Kelas menengah di zaman dinasti Joseon yang biasanya meliputi pejabat pemerintah yang paling rendah seperti, penerjemah, akuntan, ahli kaligrafi, seniman, musisi, ahli hukum, hakim lokal, juga termasuk anak-anak tidak sah dari kelas yangban (양반) (kelas bangsawan). Secara harfiah, kata jungin berarti ‘Orang tengah’.
6Yangban (양반): Kelas bangsawan dan aristokrat di zaman dinasti Joseon yang terbagi dua kelas yaitu, munban (문반) (petugas sipil), dan muban (무반) (perwira militer). Secara harfiah, kata yangban berarti ‘Dua kelompok’.
7Penyakit Kwashiorkor: Sebuah penyakit disebabkan karena kekurangan protein kronis pada anak-anak yang sering terjadi karena kurangnya asupan makanan bergizi dan memadai atau mungkin karena infeksi penyakit.
8Soju (소주): Minuman distilasi asal Korea, pertama kali dibuat sekitar tahun 1300, yang memakai bahan baku dari beras, tapi sebagian produsen memakai bahan tambahan atau bahan pengganti yaitu, tapioka, gandum, kentang, ubi jalar, dan jelai. Minuman ini memiliki kadar alkohol yang berbeda-beda, mulai dari 20% hingga 45% dan kadar alkohol yang paling umum adalah 20%.
9Gamasot (가마솥): Panci masak berbentuk pot yang terbuat dari besi cor.
💮
Bab 8
Musim Semi bulan ke-3 tahun 1982 di kota Seoul
Yi Tae Jun mengambil beberapa pakaian dan tas miliknya di loker yang disimpan oleh pihak rumah sakit jiwa. Yi Tae Jun lalu memandangi tas sarung kecil. Kemudian membuka isi tas sarung kecil itu. Diambil lah bunga mugunghwa yang ia simpan. Bunga itu terlihat telah layu dan berkeriput bahkan warna nya telah menjadi pudar. Sudah lebih dari 100 hari keabadian bunga ini telah menghilang. Harusnya aku mengawetkannya terlebih dahulu, ungkap kesedihan Yi Tae Jun melihat bunga itu seperti takdir hidupnya yang sudah melakukan salah perhitungan dari awal. Lalu dimasukkan kembali bunga mugunghwa yang layu itu ke dalam tas sarung kecil.
Didampingi oleh dua bruder, Yi Tae Jun berjalan dengan lesu menuju pintu keluar yang ia harapkan sekali ini. Pakaiannya kini kembali seperti semula –berpakaian hanbok abu-abu tua dengan topi satgat. Meskipun begitu, baginya itu percuma. Karena, di penjara nanti ia juga akan berganti pakaian. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa ia akan dibawa ke kantor polisi lagi. Tiba-tiba ia teringat dengan nasihat peribahasa yang selalu diucapkan oleh ayahnya, Yi Dae Hwon.
“Di akhir kesulitan pasti ada kebahagiaan1,” ucap raja Yi Dae Hwon bijak padanya.
Mengingat ucapan nasihat yang selalu diucapkan oleh ayahnya itu, Yi Tae Jun menarik nafas sedalam-dalamnya dan memaksakan diri mengeluarkan rasa kekecewaan. Mencoba menyikapi kenyataan pahit dengan tenang. Kesedihannya ia simpan untuk dirinya sendiri. Meski ia keluarkan, kenyataan pahit yang seperti obat takkan bisa berubah menjadi manis semanis gula.
Kini ia memutuskan seusai keluar dari rumah sakit jiwa, takkan ada keluhan omong kosong lagi. Dia akan mengeraskan dirinya, berjuang demi hidup agar bisa bertemu dengan Lee Shin Ae. Dan ia akan hadapi dan terus melanjutkan hidupnya, sesulit apapun itu. Karena ia yakin, suatu saat dia akan diberi kesempatan untuk bertemu Lee Shin Ae secara empat mata.
Sekarang, dua polisi –ditambah satu polisi yang menyetir– telah mendampingi Yi Tae Jun di mobil polisi seakan-akan mereka telah menangkap seorang buronan. Suasana canggung mencengkram di dalam hati Yi Tae Jun di dalam mobil polisi. Tak ada seorang pun di sana yang melontarkan sepatah kata. Yang ada, suasana serius menyelimuti mobil patroli polisi.
Dingin pada borgol yang menyangkut di kedua tangan Yi Tae Jun terasa. Borgol yang berada di tangannya saat ini, ia pandang secara seksama. Menebak-nebak benda yang menyiksa di tangannya. Ia tahu bahwa itu adalah sebuah borgol. Tetapi ia hanya tahu, borgol yang dipakai pada zaman dinasti Joseon adalah borgol yang terbuat dari kayu.
Mobil patroli polisi pun berhenti.
Polisi yang berada di sebelah kanannya itu membuka pintu, mengeluarkan dirinya dari mobil. Serta-merta menarik Yi Tae Jun untuk keluar dari mobil polisi. Polisi yang berada di sebelah kirinya saat di dalam mobil adalah orang terakhir yang keluar dari mobil. Sedangkan polisi yang menyetir itu melajukan mobil patrolinya –entah tujuannya ke mana.
Dua polisi itu mendampingi kembali Yi Tae Jun hingga memasuki kantor polisi. Mereka membawanya ke ruang yang pernah ia datangi dahulu. Salah satu polisi yang mendampingi Yi Tae Jun itu mengetuk pintu dan membuka pintu. Dengan pasrah, Yi Tae Jun mengikuti saja apa kemauan dua polisi yang sedaritadi menarik-nariknya itu. Tak ada usaha untuk melawan karena ia tahu bahwa itu percuma saja.
Terlihat sosok pria berkumis dan berbobot –kira-kira berusia 40 tahun-an– yang pernah ia temui itu tengah duduk seraya mengisap rokok. Pakaiannya kemeja putih berbelang coklat muda dan berdasi kuning. Saat itu juga, rokok pria berkumis itu ia tekan untuk mematikan api rokok di bak rokok. Alasan ia mematikan rokoknya agar ia terlihat lebih berwibawa di depan para anak buahnya.
Cangkir kopi panas –masih terlihat asap panas– ia pegang, kemudian ia letakkan kembali karena kepanasan. Tangannya yang bekas memegang cangkir itu segera ia gunakan untuk memegang telinganya. Kebiasaan orang Korea 'memegang telinga' diyakini bahwa telinga adalah bagian tubuh yang bisa menetralkan suhu setelah memegang sesuatu yang panas.
Tak lama kemudian, karena dia ingin sekali meminum kopi nya yang baru, secangkir kopinya ia serapkan ke dalam mulutnya. Tentu saja kali ini ia memegang gagangnya.
“Permisi, pak inspektur,” sahut kedua polisi tersebut, menutup pintu setelah ‘menaruhkan’ Yi Tae Jun di hadapan pria berkumis itu. Pria berkumis itu mengangguk sekali saja. Dan pintu pun tertutup dengan pelan namun rapat.
“Anda lagi..,” dua kata bernadakan keluhan itu keluar dari mulutnya pria berkumis itu. Beberapa detik kemudian dia sedikit terbatuk-batuk. Secangkir kopinya ia serapkan kembali.
“Ya.” Datar dan tampak pasrah.
Secangkir kopi itu diletakkan kembali tepat di samping topi polisi, di meja berkaca. Lalu kedua telapak tangannya pria berkumis itu saling menyilang di atas meja kaca. “Kita langsung ke topik,” ujar pria berkumis itu seraya membaca-baca hasil kejiwaan Yi Tae Jun selama menjadi pasien rumah sakit jiwa dan berkas-berkas lain terkait kasus Yi Tae Jun, tanpa basa basi. “Jadi.. karena Anda telah melanggar peraturan atas ketidakpunyaan kartu ID nasional, Anda akan diadili di pengadilan pada hari Jumat, tanggal 4 Juni 1982 atau seminggu setelah hari ini. Untuk sementara, Anda akan menetap di balik jeruji hingga hari pengadilan untuk Anda datang.”
“Sekian. Itu saja,” ucap pria berkumis itu mencoba mengakhiri penjelasan langsung karena lelah berbicara, sambil merapikan berkas-berkas terkait kasus Yi Tae Jun. Kali ini, pria berkumis itu sedang tidak selera untuk bercanda disebabkan karena siksaan tumpukan pekerjaannya –yang sebagai seorang inspektur kepolisian– itu masih banyak dan menantinya.
Termenung mendengar penjelasan padat dan jelas itu hingga tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya Yi Tae Jun. Sampai pria berkumis itu lah berbicara kembali, akan tetapi dengan topik yang berbeda dan sangat membuatnya terkejut. Dan sudah pasti akan menjadi tertarik untuk dibahas lebih lanjut.
“Oh iya.. saya lupa akan satu hal,” ujar pria berkumis itu sambil mengetuk-ketuk pelan dahi dengan jari telunjuk kanannya, sebelum matanya terbuka lebar dan jari telunjuknya menunjuk ke atas, “Pernah ada.. seorang wanita mencarimu.”
“Heh?” terkesiap lah Yi Tae Jun mendengar lontaran kalimat terakhir dari pria berkumis itu. “Wa.. wanita?!” nadanya sedikit kencang karena terkesiap.
“Ya, anak muda. Seorang wanita. Dia datang tak lama setelah Anda dibawa ke rumah sakit jiwa,” tutur langsung pria berkumis itu mengangguk satu kali.
“Apa?! Mengapa bapak polisi tidak memberitahu saya sebelumnya?!” tanya Yi Tae Jun dengan nada marah dan tampak seperti anda-lah-penyebab-kesusahan-saya-selama-ini.
“Tetapi.. anak muda, saya ingin bertanya," sang pria berkumis itu tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang membuat Yi Tae Jun sedikit bingung.
"Bukankah wanita yang Anda cari itu.. berusia 16 tahun (usia Korea)?” lontar pria berkumis itu yang tampak heran. Lontaran itu tentu juga membuat Yi Tae Jun bertanya-tanya apa maksudnya dari pertanyaan pria berkumis yang ada di depannya ini.
“Dia sudah 17 tahun (usia Korea) sekarang, pak polisi,” koreksi Yi Tae Jun pada lontaran usia yang salah dari pria berkumis itu. “Ada apa memangnya, pak?”
“Wanita yang mencari Anda itu.. berusia 36 tahun (usia Korea).”
“Heh?!” Langsung terperangah dengan jawaban ‘aneh’ dari pria berkumis itu. Aneh. Memang aneh. Kata ‘aneh’ terus mengudara di otak Yi Tae Jun. “Anda pasti sedang bercanda, pak..”
“Saya tahu kapan saya harus bercanda kapan saya harus serius, anak muda. Jika Anda tidak percaya pada saya, itu terserah Anda.”
Sulit dipercaya. Dua kata itu tergagas di otaknya Yi Tae Jun. Antara percaya dan tidak percaya saling beradu untuk mendapatkan tempat di otaknya. Wajah pria berkumis itu menampakkan ekspresi serius, adalah alasan yang mengharuskan ia percaya pada pria berkumis itu. Tapi, usia Lee Shin Ae itu baru 17 tahun (usia Korea), adalah alasan yang mengharuskan ia tidak percaya padanya.
“Tunggu.. apakah ada data tentang wanita itu?” Yi Tae Jun masih berusaha untuk ingin tahu lebih lanjut apakah wanita itu Lee Shin Ae atau bukan.
“Tunggu sebentar, saya carikan terlebih dahulu,” pria berkumis itu berdiri dan mencari satu per satu berkas data wanita itu di lemari arsip kasus kehilangan seseorang. Kursi yang ia duduki terdapat sebuah jas coklat bergaya Inggris itu tersampir di punggung kursi. Pada jas itu, tertempel tag nama ‘Park Ju Cheol’ dalam bacaan hangeul. Tepatnya tertempel di saku dekat dada kiri.
Pria berkumis bernama Park Ju Cheol itu menemukan sebuah map berisi berkas data, dia langsung membawa map itu dan menunjukkan pada Yi Tae Jun setelah menutup lemari arsip yang berada tak jauh dari Yi Tae Jun. “Ini..,” tunjuk inspektur Park Ju Cheol seraya membuka map berkas data.
“Nama Lengkap : Lee Shin Ae
Tempat / Tanggal Lahir : Seoul, 24 Oktober 1946
Usia : 37 tahun (usia Korea)
Kewarganegaraan : Korea Selatan
Tempat Tinggal : Busan
Nama Orang Tua : Tidak diketahui.”
Membaca berkas data yang terdapat pas foto hitam-putih berukuran 4 x 4 wanita itu, semakin bimbang lah diri Yi Tae Jun. Nama wanita itu betul. Tanggal lahir nya betul. Ada sedikit kemiripan wajah wanita itu dengan Lee Shin Ae, namun wajahnya itu ada perbedaan dengan wajah Lee Shin Ae yang berusia 16 tahun (usia Korea). Akan tetapi tahun kelahiran, usia, dan tempat tinggal itu membuatnya tidak yakin bahwa wanita itu adalah Lee Shin Ae yang ia kenal. Memandang seksama dan terus membaca ulang berkas data wanita itu yang diletakkan di meja inspektur Park Ju Cheol.
“Jadi.. bagaimana?” tanya inspektur Park Ju Cheol penasaran dengan apa yang akan Yi Tae Jun jawab. Mendengar pertanyaan dari inspektur Park Ju Cheol, membuat Yi Tae Jun tersadar, “Benarkah dia adalah wanita yang selama ini Anda cari?”