"Maaf telat".
Rudy menoleh ke sumber suara, lalu ia tersenyum dan mempersilahkan Kanaya untuk duduk. Kanaya memilih duduk sedikit jauh dari Rudy yang saat ini tengah sibuk dengan beberapa tugasnya. Daripada menganggu kegiatan Rudy saat ini, Kanaya memilih diam dan memainkan ponselnya sembari menunggu Rudy menyelesaikan semuanya.
Kicauan burung dan deru angin menemani mereka selama 10 menit, tak ada yang memulai percakapan walau sedang disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Hal itu berlasung lama hingga kicauan burung digantikan oleh suara air hujan yang deras. Dengan cepat Rudy merapikan kertas-kertas yang berserakan di hadapannya.
Setelah mengemasi barang-barangnya, Rudy tersadar bahwa ia bersama seseorang di tempat ini. Kanaya menangkap wajah bersalah terpancar dari Rudy, lalu ia tersenyum dan mengambil barang yang hendak ia kembalikan.
"Ini punya kamu ketinggalan"
"Maaf"
"Aaah gapapa kok, gak usah minta maaf." Rudy mengangguk ragu.
Suasana kembali lagi menjadi sunyi, hanya suara hujan dan sesekali seruan katak yang seakan-akan sedang bernyanyi. Tak seperti biasanya, hari ini udara terasa lebih dingin ketika hujan. Melihat hujan yang semakin lama semakin deras membuat Kanaya sedikit meringis, ia lupa jika tadi sebelum pergi ia menjemur pakaiannya. Sudah pasti semua pakaian yang terjemur basah kembali.
Rudy memperhatikan gerak-gerik Kanaya, seperti orang gelisah dan tentunya juga kedinginan. Sedikit ragu, Rudy mengeluarkan beberapa barang serta membalut tasnya dengan sesuatu yang menyerupai jas hujan. Setelah memastikan tas dan barang-barangnya terlindungi dari air hujan, Rudy mendekati Kanaya.
Kanaya sedikit terkejut ketika sebuah jaket menggantung di pundaknya, ia menoleh dan mendapati Rudy yang saat ini tersenyum padanya.
"Biar gak kedinginan, dan ini payung untukmu. Jangan sakit dan kehujanan," Rudy menarik tangan Kanaya dan memberikan payung kepada Kanaya.
"Tapi nanti kamu kehujanan"
"Gak apa-apa, aku pergi dulu. Tempat tinggalku tidak jauh dari sini, dan jangan telat masuk kerjanya. Aku duluan ya." Kanaya menatap pungung Rudy yang semakin jauh, lalu menatap payung pemberian Rudy. Dengan otomatis aroma hujan atau kata lainnya petrichor menyapa indra penciuman Kanaya, seakan-akan sedang melakukan perekam kejadian yang saat ini dialami Kanaya.
Ponsel Kanaya terus berdering, tapi sang pemilik ponsel masih terdiam membeku hingga suara petir menyadarkannya. Setelah Kanaya sadar, ponselnya kembali berdering. Dengan sedikit perasaan terkejut, Kanaya menjawab panggilan tersebut.
"Lo dimana? Masih di kampus? Gue udah kelar nih, mau gue jemput gak? Sekarang lagi hujan loh..Kan?Kanayaaaaaa! Halooo!" Teriakan Rian membuat Kanaya kesal, bagaimana ia bisa menjawab pertanyaan beruntun jika sang pemilik pertanyaan tidak memberinya waktu untuk menjawab itu semua.
"Eh yan santai dong, ini gue mau jawab aja susah. Lo lagi nanya apa lagi ngerap sih,"
"Ehehehe maaf, yaudah sekarang lo dimana?"