Dering ponsel Kanaya membangunkan dirinya, dengan setengah sadar Kanaya menjawab panggilan yang tidak tau dari siapa.
" Um aku sudah di Exsculo, apakah kamu bisa membantuku ? "
Setelah mendengar suara dari seberang sana, Kanaya tersadar. Dengan cepat Kanaya meminta maaf bahwa dirinya akan terlambat menuju tempat yang kemarin sudah dijanjikan.
" Maaf Rud, aku nanti telat banget. Gapapakan nunggu 30 menit atau lebih? "
Setelah mendapat persetujuan dari lawan bicaranya, Kanaya langsung memutuskan sambungan telepon dan berlari menuju kamar mandi.
Kanaya telah siap dan sedang menunggu ojek online yang telah ia pesan. Walau tampilannya sedikit berantakan, Kanaya masih terlihat cantik. Tak berselang beberapa menit, ojek online yang ia pesan sudah datang. Dengan tergesa-gesa Kanaya menaiki motor dan memakai helm. Serta tak lupa mengabari Rudy bahwa ia sudah berangkat dari rumahnya.
Lagi-lagi karena tergesa-gesa, Kanaya melupakan sarapannya. Ia berharap ada toko atau minimarket yang sudah buka saat ini. Selama di perjalanan, Kanaya meminta sang ojek untuk berhenti di suatu toko atau minimarket.
Sesampainya di Exsculo, Kanaya mendapati Rudy yang sudah menunggunya dengan beberapa kardus dan paperbag. Kanaya menghamipiri Rudy, dan memberikan satu kaleng susu dan satu bungkus roti. Rudy tersenyum dan menerima pemberian dari Kanaya.
" Ini apa aja Rud? Kok banyak banget, " tanya Kanaya.
" Ini mainan yang akan aku berikan pada anak-anak di panti asuhan Pintu Biru, " jawaban Rudy membuat Kanaya takjub. Setahu Kanaya, Rudy hanyalah mahasiswa biasa yang tidak memiliki pemasukan berupa uang yang banyak. Rudy benar-benar terlihat seperti mahasiswa yang masih menunngu uang jajan yang dikirim oleh orang tua.
" Sebanyak ini? " Tanya Kanaya sekali lagi.
Rudy hanya tersenyum dan memberi tahu Kanaya untuk bersiap-siap. Kanaya mengangguk seperti terhipnotis akan senyuman Rudy. Letak panti asuhan yang akan mereka kunjungi tidaklah jauh dari Exsculo, jadi mereka bisa berjalan untuk menuju panti asuhan tersebut.
Sesampainya disana, kedatangan Rudy dan Kanaya disambut senang oleh anak-anak yang berada disana. Mereka terlihat sangat akrab dengan Rudy, mereka tidak segan bertanya dimana hadiah untuk mereka. Rudy menatap Kanaya yang diam mematung di depan pintu, memberi kode kepada Kanaya untuk masuk dan mengikuti dirinya.
Bu Hana-pemilik panti asuhan- menghampiri Rudy dan Kanaya. Rudy terlihat sangat berbeda saat berada di kampus dan panti asuhan ini. Ia terlihat lebih hangat dan penyayang. Kanaya sedikit terkejut ketika seorang anak tidak sengaja menarik bajunya. Rudy dengan cepat menggendong anak itu dan membawanya ke tempat hadiah yang mereka bawa tadi berada.