Sebait Rindu untuk Ibu Guru

Kandil Sukma Ayu
Chapter #4

BEKERJA DI TEMPAT BARU

Maria tak pernah mengira dunia masih bersedia memberinya kesempatan untuk bahagia. Satu minggu setelah pembicaraan itu, Kepala Sekolah menghubunginya. Wanita baya itu meminta Maria mengirimkan identitas apa pun yang bisa menunjukkan siapa dirinya secara catatan resmi negara, berserta berkas lamaran dan daftar riwayat hidup. Kepala yayasan bersedia menerima Maria dan mempekerjakannya sebagai penjaga perpustakaan sekolah.

Sebuah keberuntungan besar bagi Maria, ia dapat bekerja di sekolah swasta yang dikenal cukup baik di kota tempatnya tinggalnya bersama pamannya. Siang itu, sekolah begitu ramai. Beberapa guru olah raga mengadakan pertemuan di sekolahnya, dan seorang perempuan dari salah satu sekolah negeri, duduk menemaninya di perpustakaan.

"Ibu tidak mengikuti rapat itu, kah?" tanya Maria, menatap wanita yang sedang melihat-lihat buku di rak rendah di depannya. Wanita itu menoleh, berjalan mendekati Maria.

"Aku bukan guru olah raga," katanya, duduk di depan Maria. "Seperti kataku tadi, aku datang kesini karena ingin melihat-lihat cara penataan perpustakaan di sini. Kerapihan perpustakaan ini menjadi perbincangan hangat di UPTD sekolah. Kamu menatanya dengan sangat baik."

"Tidak. Sa hanya menuruti perintah kepala sekolah saja."

"Ini cukup rapi dan mudah untuk di cari. Aku ingin mencontohnya untuk sekolahku. Kebetulan selain mengajar, aku juga diberi tanggung jawab sebagai guru perpustakaan di sekolahku."

"Ibu mengajar di sekolah mana, kah?" tanya Maria.

"Aku mengajar di SD Ketintang IV."

"SD Negeri, eh?" Meski tata bahasanya sudah jauh kebih baik, tetapi kerapkali Maria masih belum bisa menghilangkan ciri khasnya dalam berbicara.

"Ya."

"Apa di sekolah itu ada ibu guru yang bernama ibu guru Winar?"

Wanita di depan Maria tampak berpikir sejenak, kemudian menggeleng. "Tidak ada," katanya. "Siapa dia?"

"Dia juga guru SD."

"Dari sekolah mana?"

"Sa trada tahu."

Wanita itu mengerjap bingung. "Tidak tahu?" tanyanya. "Lalu dari mana kamu mengenal namanya?"

Bahu Maria merosot mengingat alasan kenapa ia selalu bertanya pada siapa pun tentang ibu guru Winar. Wanita itu adalah tujuan utamanya berada sejauh ini dari kampung halamannya, namun sejauh ini pula ia masih belum berhasil menemukan titik terang keberadaannya.

"Ibu guru Winar adalah ibu guru sa di Wamena. Ibu guru pertama yang saya temui, dan yang sudah mengajarkan saya banyak hal. Sa pi ke Jawa untuk cari ibu guru Winar. Saya ingin bertemu dengannya. Saya rindu jumpa dengannya."

"Ah, ya. Tentu. Kamu dari Wamena, bukan?"

Maria mengangguk.

"Aku dulu juga pernah mengajar di Papua. Tepatnya di Timika. Jadi, di mana ibu gurumu itu tinggal sekarang?"

Lihat selengkapnya