Kurasakan sundulan kepala seorang anak kecil mengenai pinggangku. Untungnya aku bisa mengimbangi tubuh sehingga kejadian memalukan seperti terjatuh di trotoar bisa terhindarkan.
Dan tentu saja aku terkejut. Dari mana datangnya anak ini? Sementara aku tak melihat rumah penduduk di sekitar sini. Hanya ada kantor tinggi bertingkat-tingkat dengan laju kendaraan yang bisa dibilang lumayan cepat. Atau karena ketidaktahuanku makanya aku tak lihat?
Aku baru akan meraih lengan anak itu ketika ia akan menyeberang tanpa melihat jalan. Namun, sebuah teriakan lebih dulu menghentikannya.
"Jangan ke sana! Lurus aja! Cepetan!" Teriakan intens itu juga berasal dari seorang anak kecil, lebih tua sedikit dibanding yang menubrukku tadi.
Melihat roman wajah keduanya, aku takut jika mereka dikejar orang jahat. Namun, si penubruk sudah berlari menjauh. Dibawa pergi oleh kaki-kaki kecilnya yang selincah kaki kijang.
Tak ingin melepaskan yang satunya, aku segera mencengkeram tangan gadis kecil itu ketika melewatiku. Aku menyelami matanya yang sarat teror.
"Kamu dikejar siapa, Dek? Kamu gak diapa-apain, kan?" tanyaku sambil berlutut agar pandangan kami sejajar.
Namun, gadis kecil itu hanya diam. Ada keheningan yang mengganjal hingga helaan napas gadis itu berangsur teratur. Ketegangan yang sempat mewarnai wajah pucatnya, kini hilang disapu angin malam.
"Maaf jika membuat Kakak khawatir."
Sejenak aku tertegun suara lembut dari gadis kecil itu, juga sopan santunnya.
"Tapi, kami cuma bermain petak umpet. Dan kami sedang mencari tempat persembunyian."
Seketika aku tertawa mendengar jawaban polos gadis kecil itu hingga tanpa sadar cengkraman tanganku melonggar dan terlepas dengan sendirinya. "Kalau begitu Kakak juga minta maaf sudah menahanmu. Kupikir kamu sedang dikejar orang jahat."
Tawa kecil ikut terukir di bibir mungil itu. Binar di matanya benar-benar menunjukkan kecerian masa kanak-kanak.
"Ah, betapa manisnya gadis ini," batinku. "Baiklah, kalau begitu, hati-hati, ya! Lihat kendaraan jika ingin menyebrang," pesanku sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
Namun, belum sampai dua langkah, gadis itu berseru, "Jika seseorang mencariku, bilang saja Kakak tidak lihat, ya!"
Aku berbalik dan mengacungkan jempol. Ia terlihat tersenyum lebar baru kemudian berlari ke arah yang sama dengan anak pertama tadi.