SEBATAS FORMALITAS

Linda Fadilah
Chapter #18

SELAMAT MAKAN

Malam ini adalah pertama kali pengalaman Melody basah kuyup karena kehujanan. Biasanya dia sangat menghindari hujan, karena gadis itu paling tidak suka kalau bajunya harus basah. Tapi kali ini Melody dipaksa untuk menembus derasnya hujan di saat halte tempatnya berteduh tidaklah aman, ada dua orang laki-laki memperhatikan Melody dan terus saja mendekat seolah mengincar gadis itu. Daripada harus mengambil risiko yang tidak diinginkan, Melody memutuskan menembus derasnya hujan untuk menghindar dari ancaman orang asing yang tak dikenal.

Dia berlari dengan air hujan menyatu seolah membelai kulit wajahnya, pepohonan di jalan seolah menjelma menjadi payung untuk melindungi Melody dari tumpahan air yang jatuh dari langit. Berjalan di setiap trotoar dan di bawah gelapnya langit malam, hanya diterangi cahaya lampu jalan dan kendaraan yang seliweran melaju kencang. Sampai akhirnya gadis itu berteduh di pos satpam Komplek dan ikut men-charger ponselnya di sana.

Sesampainya di rumah, Melody bergegas mandi dan kali ini dia sedang berada di bawah shower air hangat membasahi tubuhnya. Menikmati setiap percikan air yang menyentuh lembut kulitnya. Satu jam berlalu, gadis itu selesai mandi dan berpakaian, memakai piama tidur lengan pendek dan celana pendek.

Melody membuat cokelat panas untuk dirinya, karena tubuhnya terasa dingin menggigil. Seseorang menepuk bahunya dan refleks Melody menoleh, bahkan cangkir cokelat panasnya itu hampir saja tumpah. Melody ikut mengamati Nada yang rambutnya pun masih basah, aroma maskulin tercium tajam, terlihat jelas kalau cowok itu baru selesai mandi.

“Kurang ajar lo! Gimana kalau ini tumpah, terus kena kaki gue, lo mau tanggung jawab? Atau sampai gue jantungan? Lo mau gue mati?” cecarnya dan berhasil membuat Nada terkekeh geli.

“Lebay lo!” Nada mengusap wajah Melody.

Gadis itu menarik wajahnya ke belakang. “Ih sialan lo pegang-pegang gue! Ingat surat perjanjian!”

Ck! Alah,” Nada berdecak, mengibaskan tangannya. “Siapa, ya, yang tadi malah peluk gua di jalan?”

Melody meneguk ludah, dia terlihat salah tingkah bahkan wajahnya pun memerah, menahan malu.

“Lo yang duluan!” Melody melengos pergi meninggalkan Nada di sana menuju ruang televisi. Sebetulnya dia sengaja menghindar, Melody tidak mau kalau Nada terus menggodanya.

Selang lima menit kemudian, Nada datang membawa dua mangkuk bubur. Dia duduk bersisian dengan Melody, ujung bahu Nada menyentuh bahu Melody. Cowok itu menyodorkan satu mangkuk bubur. “Makan dulu.”

“Hm?” Melody yang sedang menikmati cokelatnya, harus terjeda untuk menatap mangkuk bubur itu dan berpaling menatap Nada. “Apaan?”

“Buta lo? Ini bubur. Udah buruan ambil. Panas!”

Manik mata Melody memutar malas, akhirnya mau tidak mau dia mengambil mangkuk itu dan menyimpan cangkir cokelat panasnya di atas meja.

“Kenapa sih lo ngasih gue makan lagi?” tanya Melody sambil mengaduk mangkuk bubur itu karena Melody tim bubur diaduk.

“Kenapa?” Nada balik bertanya sesaat sebelum menyuap sendok bubur itu.

“Gue nggak mau aja banyak berhutang budi sama lo. Nanti lo malah minta feedback lagi.”

“Jelas!”

Melody melemparkan tatapan sinis.

“Kapan-kapan.”

Melody menghela napas, kembali fokus ke mangkuk buburnya.

“Kenapa hujan-hujanan?” tanya Nada di sela menyuap bubur itu ke dalam mulutnya.

Melody melirik, dia menyuap satu sendok bubur itu. “Pengen.”

“Konyol. Kenapa bisa pulang sendiri? Terus kenapa lo susah dihubungi? Bukannya tadi keluar sama cowok lo? Kenapa pulang malah hujan-hujanan terus di pos satpam segala? Bukannya cowok lo bawa mobil? Kenapa nggak dianterin langsung ke sini?”

Sudah Melody duga pasti sederet pertanyaan akan lolos dari bibir Nada tanpa jeda. Bahkan dia bingung harus menjawab yang mana.

“Satu-satu ...,” Melody meringis, melirik Nada yang juga sedang meliriknya. “Lo nanya banyak gitu, gue bingung jadinya.”

“Abisin dulu makannya, abis itu jawab!” perintah Nada yang justru sebetulnya dia berjaga-jaga kalau-kalau sikap Melody sama seperti pagi tadi. Dia paham betul sifat istrinya yang mudah marah, jadi dia memutuskan untuk menunda rasa penasarannya demi Melody menghabiskan dulu makanannya.

Mereka menonton sebuah film di Netflix. Keduanya terfokus pada tayangan di TV sampai akhirnya benda tipis itu menampilkan sepasang kekasih muda-mudi sedang berciuman dan dilanjut beradegan panas.

Nada tiba-tiba tersedak batuk. Sementara Melody diam mematung. Wajah Melody langsung memerah dan terasa panas, di liriknya Nada yang sama wajahnya pun memerah. Nada langsung berdiri dan berkilah mau mengambil minum karena tenggorokannya sakit akibat tersedak. Padahal nyatanya dia menahan malu, merasa tidak nyaman dengan tayangan itu dan lebih baik menghindar dari pada salah tingkah.

Melody bergegas menghabiskan bubur itu sebelum Nada kembali. Bertepatan bubur di mangkuk Melody tinggal satu suap lagi, Nada kembali membawa dua gelas air mineral. Bahkan dia terkejut melihat bubur Melody sudah habis dan berpaling menatap gadis itu yang mulutnya penuh.

“Laper?” Nada kembali duduk di samping Melody. Menyimpan satu gelas air mineral milik Melody di atas meja dan satunya lagi dia meneguknya. 

Melody mengangguk sebagai jawaban, padahal nyatanya dia tidak mau berlama-lama dengan Nada di sana. Rasanya seluruh badannya pegal-pegal dan kakinya sangat lemas karena efek berjalan sangat jauh dari halte sampai Komplek perumahan.

Bubur Melody habis. Sementara Nada belum, cowok itu mengikuti pergerakan Melody yang menyimpan mangkuknya di atas meja dan menyambar gelas air mineralnya. Meneguknya begitu rakus sampai habis setengah gelas.

“Nanti minum vitamin, ya?” kata Nada di sela suapan buburnya.

“Nggak usah,” Melody menyimpan gelas itu kembali ke atas meja. “Gua nggak apa-apa.”

“Nanti lo sakit. Gua juga yang repot.” Nada menyimpan mangkuk buburnya yang sudah habis. “Jawab pertanyaan gua tadi.”

Melody berpaling menatap Nada. Dia menghela napas sebelum menjawab dan menjelaskan dari awal mula dia pergi sampai Bian tiba-tiba dapat telepon dari komandannya untuk segera menghadap dan diakhiri Melody memilih hujan-hujanan karena merasa dirinya diintai orang asing yang tak dikenal.

“Kenapa sebelumnya nggak telepon gua sebelum HP lo mati?” tanya Nada. Cowok itu menyerongkan posisi duduknya menghadap Melody.

“Kan, gua nggak tahu bakalan mati.”

Lihat selengkapnya