SEBATAS FORMALITAS

Linda Fadilah
Chapter #25

KESALAHAN IMAJINER

Sebuah gedung bertingkat menjulang tinggi bak pencakar langit itu berdiri kokoh di pusat kota Jakarta, dengan logo AMgruop (Astreo Magma Group) terlihat di penuhi lalu-lalang orang-orang yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan bersiap untuk pulang.

Sejak sepuluh menit yang lalu, Melody membagi pandangannya antara ponsel dan jalanan kota Jakarta yang terlihat padat dengan latar belakang besi pembatas di belakangnya, diiringi suara klakson dan pacuan gas kendaraan dengan polusi membumbung di udara terlihat seperti kabut tebal. Bersama dengan orang-orang yang menunggu jemputan di sana, atau juga yang menunggu angkutan umum untuk diberhentikan.

Wajahnya terlihat sangat serius seolah ingar-bingar di sekelilingnya tidak mampu menarik perhatian, jari-jemarinya menari lihai di atas layar ponsel tipisnya. “Kamu tahu nggak, kalau kebanyakan main hp dalam posisi itu, bisa menyebabkan text neck syndrome?” Melody menoleh, mengerucutkan bibirnya ketika mendengar itu.

“Padahal aku mainin hp buat hubungi kamu, lho.” Gadis itu memukul gemas lengan atas Bian ketika menyadari laki-laki itu sudah duduk di sampingnya.

Sementara Bian cekikikan geli. “Ya udah, yuk?” Laki-laki itu menjulurkan tangan dan langsung diamit Melody dengan seulas senyuman.

Mereka bangkit dari halte itu dan malangkah menuju mobil Bian yang terparkir di samping Halte. Bian membukakan pintu mobil untuk Melody sampai akhirnya gadis itu masuk, disusul Bian berlari kecil menuju pintu sebelahnya—masuk ke dalam dan menyalakan mesin sampai mobil melaju pergi, dengan tatapan orang-orang terpusat pada Melody.

“Banyak yang lihatin kamu lho, sayang,” Bian melirik Melody yang masih asyik mengutak-atik benda digital itu.

“Ya nggak apa-apa ...,” Melody mengernyit, berpaling menatap Bian, menunjukkan ekspresi bertanya-tanya. “Emangnya kenapa?”

“Aku jadi nggak enak aja,” Bian berpaling menatap lurus ke depan, mengusap tengkuknya. “Masa kamu punya suami tapi masih jalan sama aku?”

Melody mengernyit. Menggeser duduknya menyamping, menatap Bian. “Maksud kamu?”

“Iya ... nanti orang-orang sangka aku rebut kamu lagi.”

“Nggaklah! Ngaco!” Melody menyugar rambutnya, kembali menatap lurus ke depan. “Mereka nggak tahu yang sebenarnya. Aku nggak peduli sih sama pandangan orang-orang, mereka nggak tahu aja gimana jadi aku.”

Bian menghela napas, kembali fokus pada jalanan yang mulai dipenuhi kendaraan. Dia memijit dahinya, memilih bungkam karena dia paham Melody tidak nyaman dengan arah obrolan. Terlihat dari cara dia menjawab dan intonasi suaranya yang terkesan ketus.

“Sayang ...,” Melody menatap Bian. “Nanti malam dinner, yuk? Kangen banget lho udah lama kita nggak dinner romantis.”

“Aduh ... nggak bisa, sayang ...,” Bian berpaling menatap Melody ketika mobilnya berhenti tepat di lampu lalulintas saat kendaraan di depannya berhenti dengan serentak. “Malam nanti aku piket.”

Melody menggembungkan pipinya. Dia merajuk. “Nggak bisa diusahain, apa? Nggak kangen aku, ya?”

Bian menarik senyum simpul, mengacak puncak kepala Melody gemas. “Kangen dong. Tapi kalau aku bolos terus, nanti dipecat. Gimana?”

Melody menatap kekasihnya itu penuh harap dengan mata berbinar, mencibirkan bibir.

Alis Bian terangkat, dia paling tidak bisa melihat ekspresi Melody macam anak kecil yang memohon pada orang tuanya untuk menuruti kemauan. “Jangan tatap aku kayak gituuuu ...,” laki-laki itu cekikikan, mengusap wajah Melody, berusaha mendistraksi raut wajah kekasihnya itu supaya kembali seperti semula.

Ponsel yang Melody genggam bergetar, mengalihkan atensi Melody dan juga Bian untuk menatap ke arah sana.

Melody menatap layarnya, ada satu pesan masuk...

Nada Dering:

Lu dmn? Gw di dpn kantor lu

***

“Sialan!” Nada mengumpat ketika mendapat balasan dari Melody.

Singa betina:

Gw udh balik sm cowok gw

Bibir Nada mengerucut kesal. Dia mengetik sesuatu di ponselnya...

Knp lu kgk blg?

Jauh-jauh gw ke sini

Send...

Tidak ada balasan.

Nada memasukkan ponselnya ke saku, memutar kunci mobil sampai mesin hidup, hingga dia melajukan mobilnya meninggalkan kantor Astreo Magma.

Lihat selengkapnya