SEBATAS FORMALITAS

Linda Fadilah
Chapter #30

HIDANGAN SPESIAL

Kucuran air hangat kini membasahi sekujur tubuh Melody, gadis itu bergegas mandi saat baru saja sampai rumah. Meski memakai jas hujan, tetap saja celananya basah kuyup dan wajahnya pias karena terkena rentikan air hujan. Belum lagi tubuhnya menggigil karena kedinginan.

Sreekk

Sreekk

Terdengar samar-samar suara, Melody refleks terdiam. Berusaha mendengar lebih dalam suara di balik kucuran shower.

Dia mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh dan kembali fokus dengan air yang mengucur membasahi sekujur tubuhnya. Kembali suara itu terdengar, kini suaranya sangat jelas. Spontan Melody berpaling ke sumber suara dan mematikan shower, mencoba mendengar lebih jeli. Semakin didengar justru semakin jelas suaranya, gadis itu langsung menyambar handuk terdekat yang dia letakkan di wastafel lantas dililitkan sampai menutup dada.

Melody perlahan mendekati kloset dan hendak membuka penutupnya.

Namun, suara semakin lama justru semakin terdengar mencurigakan, gadis itu melangkah mundur dan berlari menuju pintu, belum juga meraih gagang pintu, dia terpeleset sampai wajahnya mencium lantai. Melody meringis kesakitan dan berusaha kembali bangkit saat suara semakin terdengar jelas.

“NADAAAA ...,” pekikan Melody menggema mengisi keheningan seisi rumah, gadis itu lari terbirit-birit sambil memegang handuk yang melilit di tubuhnya, takut benda itu terjatuh, kalau sampai terjadi habislah harga diri Melody.

Nada sedang menonton televisi sembari nyemil. Mendengar teriakan Melody, refleks menoleh dan mendapati Melody berlari menghampiri. Lelaki itu justru terbelalak melihat kondisi Melody malah justru belum memakai baju. Dia kembali memalingkan wajah yang kini terasa panas dan dia yakin sudah memerah.

“Mel ... kenapa sih nggak pakai baju duluuuu?” lelaki itu mengusap dahinya.

“Nad, Nadaaa ... ada suara aneh di kamar mandi.” Melody menepuk bahu Nada heboh, gadis itu sudah berdiri di belakang Nada yang masih setia memusatkan pandangannya ke layar televisi. Padahal nyatanya, perhatian lelaki itu tidak tertuju ke sana, justru sedang berusaha mengembalikan kondisi wajahnya yang memerah.

“Suara apaan?” Nada masih dalam posisinya.

“Mana gue tahu! Dari kloset. Gue takut uler,” Melody bergidik ngeri.

“Cecak kali lagi mandi.”

“Bukan waktunya buat bercanda ih, Nada! Buruan lihat dulu! Gue belum selesai mandi.”

“Lo lihat aja sendiri, Mel. Itu cecak.”

“Mana ada cecak suaranya kenceng begitu?”

Nada menghela napas. Akhirnya dia mengalah, dia bangkit dan melangkah menuju toilet. Tanpa menatap ke arah Melody. Dia berusaha kuat menahan hasratnya untuk tidak curi pandang ke arah sana.

Sementara Melody membuntuti Nada. Dia memegangi ujung baju kaus Nada. Lelaki itu sempat melirik sedikit ke belakang, namun kembali menatap lurus ke depan.

Dia masuk ke dalam toilet, tangannya bergerak membuka penutup kloset dan mendapati seekor cecak di dinding kloset. Nada memutar bola matanya malas, menekan flush hingga cecak itu tersapu air dan menghilang. Lelaki itu berbalik, menghadap Melody tanpa melihat ke arahnya.

“Gua bilang apa? Dibilang cecak. Nggak percaya.”

“Ih ... gue kan takut,” Melody memanyunkan bibir. “Abisnya suaranya kenceng banget.”

“Soalnya menggema.” Nada mengernyit heran, pandangannya tertuju pada gantungan di samping wastafel—tepat di samping pintu—dia terkejut ada celana dalam berwarna pink dengan gambar Hello-Kitty yang mencolok bergantung dengan pede-nya di sana. Tangan kanannya terangkat perlahan dan menunjuk ke arah itu dengan seraut wajah kaget yang dibuat dramatis. “Apaan tuh?”

Refleks Melody menoleh, menatap arah telunjuk Nada dan menemukan celana dalamnya yang belum sempat dia pakai. Melody terbelalak dan spontan menutup mata Nada sembari memekik kencang.

Karena dorongan tangan Melody di wajahnya cukup keras, keseimbangan Nada tidak terkendali sehingga dengan cepat bokongnya menyentuh kloset dan duduk di sana. Dengan tangan Melody masih menutupi kedua matanya.

“IH SIALAN NADAAAA!!! KENAPA DILIHAT?!”

“Orang kelihatan kok,” jawabnya polos sembari menyungging senyuman jahil. “Kenapa nggak sekalian Pink Phanter aja sih gambarnya?”

Lihat selengkapnya