Sembari bersiul, Gala sibuk mengeringkan rambut yang masih basah dengan handuk kecil. Sebelum kemudian aktivitasnya tiba-tiba terhenti, saat menyadari ada hal ganjil yang tertangkap penglihatannya. Cowok itu mengerutkan kening, ketika tatapannya jatuh ke atas tempat tidur. Seingatnya, ia sudah menyiapkan pakaian dan jeans yang akan dikenakan. Tapi yang teronggok hanya kaus putih tanpa lengan, jaket boomber hitam dan dalaman. Lari ke mana jeans panjang yang juga berwarna hitam miliknya itu?
Apa mungkin dia lupa?
Ayolah, itu tidak mungkin. Sedari dulu, Gala punya kebiasaan. Sebelum menginjakkan kaki ke dalam kamar mandi. Ia sudah memilih pakaian, celana, hingga dalaman apa yang nanti ia kenakan. Dan selalu meletakannya di atas tempat tidur. Sebuah kebiasaan sedari dirinya masih duduk di bangku SD dan masih ia terapkan hingga sekarang. Karena entah kenapa, sedari kecil ia suka memilih sendiri pakaian yang akan ia kenakan.
Seharusnya Gala tak perlu memperumit keadaan. Yang perlu ia lakukan hanya segera mengenakan pakaian dan membuka lemari untuk mencari celana jeans yang lain. Toh, masih ada banyak celana jeans miliknya di dalam lemari.
Sayangnya, rasa penasaran yang mendominasi membuat Gala memang bergegas mengenakan pakaian, tapi alih-alih membuka lemari untuk mencari celana jeans yang lain untuk dikenakan. Cowok itu justru keluar kamar.
Menuruni anak tangga satu persatu, Gala terus berjalan dengan bagian atas tubuhnya yang sudah mengenakan kaus putih tanpa lengan, sementara bagian bawah tubuhnya hanya terbalut handuk. Hingga langkahnya tertuju ke arah ruang tengah saat pendengarannya menangkap celotehan familiar.
"Kasian Abang, Ma. Nyusruk di mana ya sampai sobek-sobek?"
Kan, pasti si bocil tersangkanya.
Gala hanya bisa mengela napas, saat mendapati gadis berusia tujuh tahun yang tengah duduk beralaskan karpet bulu, terlihat sibuk merekatkan lakban bening untuk menutupi robekan di celana jins miliknya.
Astaga! Itu kan memang modelnya robek di bagian lutut. Kenapa malah ditutupi pake lakban?
"Dek, itu celana Abang diapain?"
Gadis dengan rambut diikat dua itu mengangkat kepalanya yang sedari tadi sibuk menunduk. Kemudian tanpa dosa, memamerkan senyuman hingga dua gigi atasnya yang tanggal terlihat.
Dengan gerakan serampangan, bocah itu bangkit dari posisi duduknya. Tak lupa membawa celana milik Gala yang berada dalam pelukan.
"Abang!" serunya bersemangat, "lihat? Udah Adek tambal, jadi nggak bolong lagi. Nggak akan masuk angin."
Apanya yang masuk angin? Dengkul gue? Astaga ....
Menyugar rambut setengah basahnya yang bahkan belum sempat di sisir. Gala mengerang frustasi. "Ma," adunya pada wanita paruh baya yang masih tampak cantik, duduk tenang di atas single sofa sembari memangku majalah fashion. Tak terganggu dengan perbincangan dua saudara itu.
"Bilang makasih dong, Bang. Itu Adeknya udah perhatian, sampai celana robek dia inisiatif tambal." Sindirnya tanpa mengangkat wajah. Alih-alih membantu, sang Mama justru memberi pernyataan yang terdengar menyentil di pendengaran Gala. Ya, Mamanya itu kadang mengomel karena anak laki-lakinya itu suka sekali mengoleksi celana robek-robek.
Dari raut wajahnya yang sok terlihat tenang, Gala tau jika Mamanya itu susah payah menahan gelak tawa. Terlihat dari posisi majalah yang sebelumnya berada di atas pangkuan, kini dinaikkan hingga menutupi separuh wajah, hanya tampak matanya yang menatap Gala dengan kerlingan jahil.