Tidak seperti biasa, bagi Nadya Pagi kali ini terasa redup dan tidak bersemangat. Gadis itu sama sekali tak berselera beranjak dari tempat tidurnya. Malas.
Dan sampai Ibunya datang menghampiri pun gadis itu masih tak bergeming di balik selimutnya.
Seakan menyalahkan Ibunya yang tidak ada di saat ia butuh, Nad berusaha tidak peduli pada segala bujuk rayu yang wanita itu ucapkan untuk membuat dirinya beranjak dan segera bergegas ke Rumah sakit sebab jam sudah menunjukkan pukul enam kurang. Kalau tidak bangun sekarang, sudah dipastikan Nad akan terlambat sampai rumah sakit.
"Biar saja!" Seru Bima. "Dia bilang, dia sudah dewasa. Tidak perlu kau ingatkan setiap saat untuk bangun pagi." imbuhnya ketika pria tua itu hendak mengambil tas di ruang kerja dan melewati kamar Nad.
Dari balik selimut Nad berdecak dan kemarahannya kembali naik. Tapi Papanya benar. Pada akhirnya gadis itu bangun juga dengan mata yang masih sembab. Meski begitu ibunya tidak kaget sebab sang suami sudah menceritakan kejadian semalam tanpa perlu ditanya. Ya, begitulah mereka berdua. Bagai Tom and Jarry.
Selesai dengan urusan pribadi yang cukup singkat, kini Nad sudah tampak lebih segar dan cantik seperti biasa meskipun jejak mata basahnya semalam tak bisa ia tutupi dengan make-up tapi paling tidak sedikit tersamarkan dengan memasang sedikit eyeliner yang menurut papanya itu berlebihan. Tidak pantas. Alhasil perdebatan kembali terjadi hanya karena perkara eyeliner.
"Papa bilang hapus!"
"Nad pakai eyeliner doang Papa ributin. Noh, giliran Anak kesayangan Papah yang nggak tau jalan pulang nggak pernah Papa recokin." bantah Nad.
Papanya meminta untuk menghapus riasan tersebut tapi Nadya menolak. Untung ada sang Mamah yang membela Nadya.
"Sudah lah, Mas. Biarkan saja. Wajar anak gadis belajar merias diri."
"Coba lihat anakmu itu, apa pantas menor begitu ke rumah sakit?" protes Bima pada istri dan anaknya.
"Menor apanya sih, Pah! cuma garis mata doang, ini!" sanggah Nad yang masih tak terima atas tuduhan ayahnya. Pancen susah ngomong sama orangtua yang nggak ngerti toleransi. Kelakuan Bas Bima Aji, begitu tuh!
"Sudah, sudah. Mau lanjut berdebat atau mau ke kantor? Jakarta masih macet nanti kalian terlambat." sela Ibunya yang selalu berhasil membuat keduanya terpaksa berdamai.
Nah, kalau yang barusan itu Emak gue. Mamah pancen is the best! dokter sejuta umat Kesayanganku, juga kesayangan pasien-pasiennya sampai kadang-kadang lupa pulang.
"Nad, Mamah sama Papa duluan, ya," pamit Anin pada anaknya yang hanya dibalas dengan lambaian tangan.
Selepas kepergian kedua orangtuanya, Nad pun buru-buru meraih tas dan mulai mencari kunci Jazz merahnya.
Nad tengah kebingungan mencari kunci mobil ketika seorang pria tinggi besar tapi tidak plontos menghampiri dan menyapanya dengan ucapan selamat pagi. Sontak gadis itu kaget bukan main. Ia kira jin dari mana yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
"Mari saya antar." ucap pria tersebut tanpa basa-basi dan keramah-tamahan di wajahnya. Semuanya datar, sedatar tivi Plasma di ruang tamu.
"Anda siapa?" tanya Nad yang masih dalam suasana menenangkan jantung yang tak karuan detaknya.
"Saya Driver baru, Non."
"Ooh...." Nadya kembali mencari kunci mobilnya. Rasanya semalam ia simpan di dalam tas, tapi kenapa sekarang tidak ada.
Dan seperti mengerti apa yang menjadi kebingungan Nona mudanya, Driver baru itu pun menyahut lagi, "Kunci mobilnya ada sama Saya, Non. Mari saya antar."
"Oohh...." Nad pun akhirnya mengikuti pria itu hingga ke halaman rumah. Dari pada terlambat, ya kan?! dan Ini pasti ulah Papa, siapa lagi kalau bukan dia.
Seorang Bima memang tidak pernah main-main dengan ucapannya. Malam berjanji besok terealisasi. Kalau sudah menjadi keputusannya maka kita akan sulit mengelak.
"Tunggu sebentar disini." Pria yang kini ditugaskan menjadi pengawal sekaligus sopir pribadi itu berlari kecil ke arah sebuah mobil.
Nad menghela nafas. "Ya." jawabnya tak kalah singkat.
Tak butuh waktu lama mobil itu pun meluncur dengan anggun setelah mengangkut sang princes yang tampak bete.
Ya bete, lah! sudah segede ini tapi masih diperlakukan kayak anak TK. Keterlaluan sekali si Bima Aji ini!
Dan sepanjang perjalanan, keduanya sama. Sama-sama bisu. Tak menanyakan nama maupun memperkenalkan nama.
"Tapi kalau tidak salah dengar, namanya Surip." batin Nad.
"Panggil saja Mas Surip," jawab Bima pada istrinya ketika istrinya bertanya nama bodyguard Nad.