Pagi ini adalah momen ujian bagi Nadya dan teman-temannya.
Semua terjadwal sesuai kelompok dan tempat tugasnya masing-masing dengan penguji yang biasanya masih di rahasiakan.
Kita akan tau Sang penguji setelah masuk ruangan. Semacam kotak misteri gitu lo gaes.
Nadya tengah berkonsentrasi pada buku bersampul merah yang sedang dipegangnya. Ia menyelami setiap kalimat yang tertera pada lembaran buku tersebut.
Sementara teman sekelompok Nadya, Ia lebih memilih memainkan ponsel ketimbang pusing-pusing belajar. Mottonya adalah 'Gue sudah pintar dari sananya' dan teman satunya lagi terlihat sedang mengobrol dengan perawat disana (biasanya yang begini modus terselubungnya si centil Alya).
Begitu juga teman-teman Nad yang lain. Semua tampak punya cara untuk mengatasi kegugupan menjelang ujian.
Biasanya koass-koass cowok yang setiap mendekati ujian mereka mendadak perhatian dan baik banget pada perawat-perawat, petugas Lab, sampai-sampai ada juga yang mengencaninya hanya untuk memuluskan jalannya pada saat ujian nanti. Ya walaupun tidak semua, ada juga yang cinlok beneran. Tapi kebanyakan sih begitu biar dapat bocoran atau kalau-kalau butuh data penunjang / pemeriksaan penunjang bisa langsung mendapat bantuan tanpa susah-susah.
Sesusah itu ya ujiannya?!
Iya, dan seorang yang cerdas bahkan jenius sekalipun bisa saja tidak lulus ujian di tahap ini. Jadi yang otaknya sedikit eror seperti Alya, Malas seperti Nanda atau yang encer seperti Nadya juga harus sama-sama rajin belajar dan tak lupa menjaga sikap pada saat ujian nanti sebab ada beberapa penguji yang tidak suka pada mahasiswa yang sok pinter dan keras kepala apalagi yang sombong seperti dokter muda yang tadi asyik memainkan ponsel bernama Dadang-Dadang itu. Dia paling Jenius diantara teman-temannya tapi gosipnya banyak senior yang tak suka padanya. Apalagi kalau bukan karena sikap dan attitude nya yang dibawah rata-rata.
Seharusnya sih tidak boleh begitu, jangan terlalu over 'PD' takutnya hasil tidak sesuai ekspektasi, yang ada nanti stress seperti kebanyakan kasus yang dialami para dokter muda.
Kalau kalian pernah baca berita kompas 2018 silam, kalian pasti tau kasus dokter muda yang meninggal di kupang atau Jayapura karena drop akibat 18 kali tidak lulus-lulus ujian. (Uji kompetensi)*
Ada juga Raras dan Tian (bukan nama sebenarnya) dokter muda asal Medan yang gagal 8 kali mengikuti ujian Kompetensi. Begitu juga Muhammad Ichsan asal Jakarta yang gagal lebih dari 10 kali.
Kondisi serupa dialami sejumlah dokter muda lain. Bahkan Mereka menggalang petisi daring agar Menteri Ristek Dikti Mohamad Nasir sudi mendengarkan kritik mereka atas sisi gelap ujian kompetensi tersebut, yang menghambat perkembangan karier para dokter muda.
Dokter muda seperti mereka yang sudah lulus pendidikan akademik dan profesi (ko-asisten/koas), tetapi gagal dalam ujian kompetensi dan belum mendapatkan ijazah dokter serta sertifikat kompetensi disebut Retaker. Dan retaker seperti mereka saat ini jumlahnya mencapai hampir 3 ribu orang di seluruh Indonesia.
Coba bayangkan.... Dan kalian masih mau menyia-nyiakan waktu dengan tidak belajar?!
Jangan ya, apalagi yang berminat masuk kedokteran, kalian harus prepare dari sekarang dan jangan takut gagal juga karena kalian tidak sendiri. Semua orang pernah gagal.
Dan bagi Nadya sendiri, untuk moment ujian bukanlah hal sepele. Moment istimewa dan penting yang harus disiapkan melebihi anniversary sebuah hubungan. Bahkan gadis itu lupa beberapa hari lalu kekasihnya baru saya melewati bornday yang ke 29 tahunnya.
Nadya mana ingat hal semacam itu ketika otaknya sudah penuh memikirkan ujian, dan ucapan kedua orang tuanya serta pria yang akhir-akhir ini bertingkah aneh yang berhasil merebut perhatiannya. Sikap yang kadang baik kadang galak, kadang perhatian dan ngeselin membuat Nad susah konsentrasi.
Berkali-kali ponselnya bergetar pun Nad tak peduli. Lebih tepatnya mencoba tidak peduli sebab modul merah bertuliskan protap penanganan pasien lebih menarik perhatiannya.