Sebatas Selat Sunda

intan elsa lantika
Chapter #4

3. Pulau Kasiak

Tio memacu motornya menyusuri kota Padang, Tio memutar spion motornya ke arah Puti agar ia bisa menatap Puti dalam perjalanan. Terlihat jelas senyum yang tidak luntur dari wajah Puti.

Puti menikmati perjalanannya dengan sangat bahagia. Kebahagiaan Puti bukan tentang perjalanannya, tapi tentang dengan siapa ia pergi. Puti benar-benar merindukan Tio. Semenjak hari mereka berhasil menaklukkan puncak Sumatera, tidak ada satupun hari yang Puti jalani tanpa keriduannya akan Tio.

Sekarang perjalanan Puti dan Tio dihiasi oleh pemandangan pantai yang sangat indah. Namun di tengah perjalanan, Tio tiba-tiba mengerem mendadak, tubuh Puti terdorong ke depan, Puti yang awalnya duduk di ujung dudukan motor tergeser melekat pada Tio.

"Eh, maaf!" ujar Puti.

"Aduuh, ada lubang! Aku nggak liat! Maaf ya!" Tio menunjuk lubang kecil yang ada di jalan.

Puti agak menjauhkan badannya kembali dari Tio. Puti berboncengan pada Tio tidak seperti pasangan-pasangan muda pada umumnya, yang merangkul pinggang pasangannya.

"Kok kamu ngejauh lagi?" tanya Tio yang sebenarnya sengaja agar Puti duduk menempel di punggungnya.

"Hah? Gimana?" tanya Puti polos.

"Hmmm," guman Tio, lalu ia tersenyum dan memacu motornya lebih cepat.

Akhirnya Puti dan Tio sampai di Pantai yang dikelilingi pepohonan yang sangat rindang, yang memberi keteduhan padahal matahari sedang bersinar dengan teriknya. Pantai ini dapat menyulap emosi Puti yang tadinya tinggi menjadi tenang.

Puti seketika melupakan kericuhan demo yang ia alami tadi, angin sepoi-sepoi juga menambah ketenangan bagi Puti.

Seturunnya dari motor, Puti dan Tio langsung dihampiri oleh seseorang.

"Mau sewa perahunya bang?" Tanya seorang pemuda dengan sopan.

"Iya, mau ke pulau kasiak ya," ujar Tio.

Pemuda tadi langsung menuntun Tio dan Puti menuju perahu. Tio dan Puti naik keatas perahu dan langsung mengarungi laut, mereka hendak menuju sebuah pulau. Belum habis lima belas menit di perahu, ternyata mereka sudah sampai.

Perahu berhenti di depan sebuah pulau yang benar-benar hanya ada pasir, tidak ada satupun pohon di pulau ini, pulaunya sangat kecil, mungkin hanya berdiameter 30 meter. Disana juga tidak ada siapa-siapa.

"Dua jam lagi jemput ya!" ujar Tio pada pemuda yang mengendarai perahu.

"Iya, jadih bang!" jawab pemuda itu dengan logat khas setempat.

"Jangan sampai lupa!" tambah Tio.

Pemuda itu tertawa, "Iya bang, nggak lupa!"

Puti dan Tio segera turun dari perahu dan langsung berjalan ke atas pulau pasir kecil itu. Tidak ada ombak yang besar di pulau ini, pasirnya putih bersih dan air lautnya sangat jernih.

Perahu yang mengantarkan Puti dan Tio berlalu, sekarang hanya tinggal Puti dan Tio yang ada di pulau ini.

Lihat selengkapnya