Sebatas Selat Sunda

intan elsa lantika
Chapter #9

8. Refreshing

Puti dan Tio keluar dari kampus Trisakti, Puti memegangi kepalanya dengan kedua tangan.

"Ya ampun, kok berat banget ya?" keluh Puti.

"Apanya?" tanya Tio heran.

"Sejarah! Aku yang biasa belajar IPA, berasa berat banget kalo harus belajar sejarah gitu! Mending ngafalin anatomi kalo gini!" ujar Puti sambil memutar kepala untuk meregangkan leher.

"Berat banget ni kepala rasanya!" Puti memegangi kuduknya.

Tio tersenyum menatap Puti, lalu Tio langsung inisiatif memijit bagian belakang kepala Puti.

"Tapi belum mual kan?" canda Tio.

"Hampir kayaknya!" jawab Puti sambil tertawa.

"Trus aku harus gimana buat mikirin negara? Haaah!" lanjut Puti mengeluh.

Tio berhenti memijit kuduk Puti, lalu berdiri tegap menatap Puti. Puti mengangkat kepala menatap balik pada Tio.

"Aku ngerasa nggak berguna!" ujar Puti.

"Kamu nggak usah ikut mikirin negara! Berat! Biar aku aja," ujar Tio

Puti tersenyum.

"Kamu cukup mikirin perasaan aku! Pastiin generasi penerus kita nanti tumbuh sehat, pintar dan bahagia, ya!" ucap Tio dengan tenang.

Puti tersenyum sipu dan terdiam mendengar ucapan Tio.

"Kita jalan-jalan dulu yuk! Biar besok segar lagi! Belajarnya sejarahnya belum selesai!" ujar Tio.

Puti mengangguk dan berfikir sejenak.

"Aku mau ke Monas!" ujar Puti semangat.

"Yakin kamu mau ke Monas? Sama aja belajar sejarah lagi kalo kesana!" ujar Tio memperingatkan.

"Kak Dalli bilang disana ada emas segede gajah! Aku mau liat dari deket!"

"Ya udah, tapi dinikmati ya, jangan jadi beban ntar kalo aku ngoceh tentang sejarah!"

"Siaaap!" Puti mengangkat jempolnya sambil tersenyum.

***

Puti dan Tio memasuki area monas, Puti si gadis ceria dengan mata cokelat yang mempesona akhirnya kembali memancarkan keceriaan dan semangatnya. Sementara itu, Tio dengan senyum menawan memandangi Puti yang terlihat sangat girang berlari kecil berusaha mendekati Monas.

Puti terus menatap monumen yang megah dan indah berdiri di tengah-tengah lapangan yang luas. Mata Puti terpana oleh keindahan dan keagungan Monas yang menjulang tinggi di langit biru.

"Itu emas yang segede gajah ya?" tanya Puti sambil menunjuk puncak Monas.

"Masa sih segede gajah? Coba kamu berdiri di sana, sama nggak besarnya?" Tio menggoda Puti.

"Hah? Maksud kamu aku segede gajah?"

Tio langsung tertawa, "Nggak! Maksudnya gajahnya yang segede kamu! Hahaha."

Puti terdiam dengan raut wajah bahagia menatap tawa Tio yang lepas, "Tio, aku nggak pernah bayangin bisa datang ke sini sama kamu."

Tio tersenyum menatap Puti yang terus tersenyum manis dan terlihat sangat ceria.

Puti dan Tio memutuskan untuk naik ke puncak Monas. Mereka berjalan melewati tangga, lalu menaiki lift yang terus naik ke atas. Saat mereka sampai di puncak, Puti kembali dibuat terpesona oleh pemandangan megah kota Jakarta yang menakjubkan.

Puti dan Tio berdiri berdampingan, memandang ke sekeliling, dengan kota yang sibuk di bawah mereka.

Lihat selengkapnya