Sebatas Selat Sunda

intan elsa lantika
Chapter #13

12. Batal Nikah

Langit kota Pekanbaru sekarang sudah berubah menjadi gelap karena matahari yang sudah terbenam, memang tidak ada bintang yang tampak karena tertutupi cahaya lampu yang terang. Hingga malam ini kakak Puti masih memberikan ruang bagi Puti untuk sendiri dan tidak bertanya apapun, kakak Puti juga tidak menghubungi ibu Puti. Suasana masih tenang, Reza pun juga mendadak diam.

Entah bagaimana Reza, apakah benar dia di Jakarta atau tidak, Puti juga tidak tau. Jika benar ia di Jakarta, sepertinya akan menjadi masalah besar jika Reza tau Puti kabur lagi untuk menghindari dia. Sebenarnya, Reza tidak memiliki salah dan kurang apapun, dia adalah anak terbaik yang mamanya miliki, anak laki-laki yang sangat penurut, ganteng, kuliah di Universitas ternama Indonesia, jurusan teknik dan sekarang sudah bekerja, bahkan sudah mapan. Hanya saja hati Puti yang benar-benar sudah terpaku pada Tio.

Kakak Puti datang menghampiri Puti yang duduk di teras rumah sambil membawa es jeruk peras kesukaan Puti, "Gimana dek? Perasaannya? Udah tenang?"

Puti mengangguk, lalu segera mengambil es jeruk yang diulurkan oleh kakaknya, "Terimakasih kak."

"Jadi gimana? Ada yang mau diceritain sama kakak?" tanya kakak Puti lembut.

"Aku harus apa kak? Aku bener-bener nggak bisa sama Reza!"

"Kamu udah serius banget sama Tio?"

"Iya, Kak."

"Tionya gimana? Serius sama kamu?"

"Itu yang aku belum tau, kadang aku rasa dia serius, tapi aku juga sadar dia belum siap."

"Sekarang serahkan sama Allah, kamu nggak akan pernah tau apa yang terbaik, cuma Allah yang tau!"

"Tapi hati aku gimana kak?"

"Ya, kalau memang hati kamu masih menolak, berarti Allah juga belum merestui. Solat istikharah! Minta petunjuk biar hati kamu di tetapkan!"

Puti menatap sendu pada kakaknya.

"Menurut kakak, kamu masih muda banget, Puti! Lebih baik kamu perbaiki diri dulu, nggak usah mikirin jodoh, jika kamu sendiri sudah baik, Insya Allah nanti jodoh kamu juga orang baik."

"Jadi aku boleh aja kan kak, nolak Reza?"

"Boleh dong! Malah dengan kamu nggak nolak dia, jadinya nggak ada kejelasan, dan Reza juga kasihan, harus menunggu harapan yang nggak pasti dari kamu! Sebaiknya kamu putuskan secepatnya! Reza itu sudah umur 27, dia seumuran kakak, memang usianya sudah matang untuk menikah, sedangkan kamu, kamu masih 22, masih ada waktu untuk memperbaiki diri! Nggak usah maksain nikah terlalu cepat!"

"Tapi mama maksa banget kak, mama malah lebih mikirin perasaan temennya, daripada perasaan aku, kata mama nggak enak nolak, tante Eli udah sakit-sakitan, tante Eli cari menantu yang bisa jagain dan rawat tante Eli, aku bukan nggak mau kak, tapi aku belum cinta sama anaknya. Aku kayak nggak mau aja nikah gara-gara ada maunya, misalnya nih, tante Eli udah nggak butuh aku, bisa aja kan aku dibuang sama Reza, dia pun mau sama aku bukan gara-gara cinta."

"Emang kamu udah pernah ketemu Reza secara langsung?"

Lihat selengkapnya