Tidur Puti semalam benar-benar tidak nyenyak, ia terlalu dihatui perasaan takut akan kehilangan Tio. Namun Puti juga enggan untuk mengabari Tio tentang apa yang sedang terjadi. Puti hanya memendam diam, berharap masalah ini selesai dengan tenang.
"Puti!" terdengar suara kakak Puti memanggil dan mengetuk pintu kamar beberapa kali.
"Sarapan yuk!" lanjut kakak Puti.
"Iya, Kak!" sahut Puti.
Puti segera bangkit dari kasur, ia melipat selimut lalu mencuci mukanya. Seteleh kamar dan badannya bersih, Puti segera menuju dapur dan bergabung di meja makan bersama kakak dan kakak iparnya.
"Yuk, sarapan dulu, Puti!" tawar kakak iparnya.
"Iya bang," sahut Puti danPuti langsung mengambil nasi goreng yang sudah disiapkan, Puti memaksakan suapannya, padahal selera makan Puti benar-benar sedang tidak ada.
"Dihabisin ya!" perintah kakak Puti.
"Kemarin kamu juga nggak makan, nanti malah sakit!" lanjut kaka Puti.
Puti mengangguk dan masih memaksakan untuk makan. Nasi goreng Puti baru habis setengah, tiba-tiba air mata Puti menetes, Puti menangis sambil memaksakan makan dengan menyuap cepat.
"Kalau belum mau makan, nggak apa-apa kok kalau nggak habis." ucap kakak ipar Puti.
Puti berhenti menyuap, ia langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Bahunya berguncang, kali ini Puti menangis lebih kencang.
"Kakak udah telepon mama tadi," ucap kakak Puti.
Tangis Puti terhenti, Puti segera membuka tangannya yang menutupi wajah, "Trus mama bilang apa kak?" tanya Puti penasaran.
"Mama udah tau aku ke Jakarta sama Tio?" lanjut Puti bertanya.
Kakak Puti mengangguk, "Reza udah bilang semua sama mama, termasuk dia batalin untuk nikah sama kamu!"
"Trus?"
"Yah, mama marah!"
"Trus kakak bilang apa?"
"Tapi kakak juga udah jelasin keadaan kamu ke mama, kalo kamu beneran nggak mau sama Reza, dan kamu ke Jakarta juga karena ingin melihat jejak peristiwa 1998, biar nggak salah langkah dalam membela Dalli."
"Trus mama masih marah?"
"Ya, masih!" jawab kakak Puti santai.
Kepala Puti tertunduk, "Mama, bahas Tio nggak kak?"
"Bahas."
Puti mengangkat kepalanya kembali.
"Hm? Mama bilang apa kak? Mama nggak marah kan kak sama Tio?"
"Mama nggak marah sama Tio, tapi mama minta Tio ngabarin mama dan jelasin ke mama sama papa seberapa seriusnya dia sama kamu dan seberapa lama kamu harus nunggu dia! Soalnya mama juga nggak mau kamu menunggu harapan yang nggak pasti, mama memang tetap pengen kamu nikah muda!"