Yang ku tahu, setiap manusia di dunia ini pasti memiliki ceritanya masing-masing. Memang hakikatnya kita diciptakan untuk saling membuat sebuah kisah dan melengkapi yang lainnya, entah dari yang paling baik hingga yang paling buruk sekalipun. Nyatanya kita memang selalu diiringi oleh cerita yang datang dengan diciptakan oleh diri kita sendiri (secara sadar atau tidak, sengaja atau tidak) dengan memasukkan orang lain sebagai tokoh dalam cerita. Tokoh protagonis, antagonis, maupun sekadar tokoh pendukung yang mempermanis kisah. Tentang hari ini, esok, atau lusa nanti. Aku menciptakan sebuah cerita buruk yang menyakitkan. Secara tak sadar dan tak terencanakan. Cerita yang sudah lalu. Dengan menghadirkan seseorang sebagai peran antagonisnya. Bila kamu membaca ceritaku pada bagian awal, kamu tidak akan menyangka bahwa dia (tokoh) yang telah menyakitiku.
Aku adalah Alka, usia 17 tahun, seorang santriwati dari pondok di Yogyakarta. Aku anak manja yang tidak ingin jauh dari orang tua. Jadi, aku lebih memilih sebuah pondok di kotaku. Pondok Al-Huda. Namaku sendiri merupakan wujud doa dari kedua orang tuaku yang sengaja disematkan untuk diriku. Alka, sebuah nama yang berasal dari bahasa sansekerta; memiliki arti gadis yang cantik. Aku sesungguhnya bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan padaku. Doa orang tua yang terkandung dalam namaku ternyata terkabul. Aku dianugerahi paras yang cantik.
Berkali-kali orang-orang jatuh cinta dan menyatakan perasaan mereka padaku, berkali-kali pula aku menolaknya. Pernyataan yang ku tolak secara halus. Namun terkadang, mereka yang merasa tak terima dan kesal, sewaktu-waktu dapat melampiaskannya padaku. Mereka yang ada di sekitarku turut menunjukkan sikap dan rasa ketidaksukaannya padaku. Gamblang saja, entah sebab iri kepadaku yang selalu dipuji dan ditaksir oleh banyak laki-laki maupun karena alasan lain.