Alka pov.
Malam ini aku bersama para santriwati lain yang memutuskan untuk mengikuti belajar malam berbondong-bondong turun ke bawah. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 21. 00, jadwal belajar malam. Begitulah pondokku, malam-malam seperti ini saja masih aktif melakukan kegiatan bagi santrinya. Begitu keluar dari gerbang pondok, mataku menangkap tiga sosok lelaki bersarung, berpeci serta berjas rapi. Kami menghampiri mereka yang sedang menunggu di samping motor mereka yang diparkir di bawah mushala panggung. Area di bawah mushala panggung memang dijadikan sebagai tempat parkir sepeda motor para pengurus atau biasanya para guru pada waktu jam sekolah.
Aku sesungguhnya sejak tadi menyadari satu hal. Sejak keluar dari gerbang, aku sadar salah satu dari mereka terus memandangiku. Menatap mataku dalam. Sosok yang berdiri paling ujung di antara mereka bertiga. Sepertinya dia yang membuat kami penasaran seharian ini. Nama yang tak pernah terdengar selama ini. Mungkinkah dia Kang Azzam? Diakah?
Akhirnya Kang Atep, selaku guru belajar malamku memilih kantor madin sebagai tempat mengajarnya. Di sana disediakan ruang lesehan yang cukup luas. Biasanya digunakan untuk menerima tamu yang merupakan wali dari para santri. Kami, calon murid Kang Atep termasuk El memasuki kantor satu persatu setelah diperintahkan terlebih dulu oleh Kang Atep. Aku heran mengapa Kang Azzam masih saja setia memerhatikanku. Aku sudah diberi tahu Najwa tadi, ternyata memang benar dia yang bernama Kang Azzam.