Ketika aku menyeru, mereka berdua menoleh bersamaan dengan raut muka cengo ke arahku.
Aku terkekeh kecil. "Kamu. Sini sebentar!" aku menunjuk temannya.
Sejurus kemudian teman Alka itu terlihat kebingungan dengan menunjuk dirinya. Seperti memastikan apa benar jika dia yang dipanggil. Aku mengangguk. Dia berjalan menghampiriku. Aku berdiri dari dudukku di atas motor. Atep menghiraukanku yang sibuk memanggil salah satu santriwati yang merupakan murid belajar malamnya. Walau pasti nantinya ia akan tetap bertanya-tanya padaku soal ini. Dia menyibukkan diri dengan hpnya dan duduk di atas motor seperti halnya aku tadi, sembari menunggu Sandi usai dengan kelasnya.
"Siapa namamu?" tanyaku begitu teman Alka itu berhenti tepat dua meter di depanku.
"El." jawabnya singkat.
"Nah, El, saya mau titip ini ke kamu. Tolong berikan pada temanmu, Alka." ucapku sembari menyerahkan selipat kertas yang ku ambil dari balik saku jas yang ku kenakan.
El terlihat kaget dan bingung. Namun ia tetap menganguk mengiyakan. Pasti dia bertanya-tanya siapakah diriku. Apa hubunganku dengan Alka temannya. Selesai urusan menitip surat, aku menyudahi percakapan, menyuruh El untuk segera pergi menyusul teman-temannya yang lain. Aku mengangguk kecil setelah dia izin pamit.
Bersamaan dengan El yang berlalu meninggalkan tempat parkir, Sandi datang. Atep dan Sandi kemudian dengan gesit menyalakan motor. Aku bergegas mengambil duduk di jok belakang motor Atep. Kami bertiga melesat pergi dari pondok putri untuk kembali ke pondok putra. Meninggalkan decak kagum para santriwati yang tak henti-hentinya memandangi kami sedari tadi. Kami melaju beriringan di sepanjang jalan yang sudah lumayan sepi.