Aku anak tunggal. Maka dari itu aku begitu senang dapat merasakan kondisi saat ini yang seperti memiliki seorang kakak yang sangat peduli padaku, seperti Kang Azzam.
"Seblak sama es susu coklat." Ia mengulurkan dua kantong plastik transparan.
Terlihat keberadaan sewadah seblak dan segelas minuman dingin coklat di dalamnya.
Dalam lubuk hatiku, ingin rasanya aku menolak pemberiannya yang entah sudah terhitung yang ke berapa kalinya. Tapi aku tak bisa menolaknya. Bukannya tak bisa untuk menolak pemberiannya itu, tapi tentang kejujuran bagaimana perasaanku yang sebenarnya kepadanya. Sebab aku takut sebuah kejujuran ini akan berdampak pada sikapnya kepadaku di kemudian hari.
Aku tak mau menyakitinya, tapi aku sudah terlanjur masuk ke dalam rute perjalanan yang ujungnya hanya akan membuatnya terluka karenaku dan kecewa terhadapku. Tak ia sadari aku hanya berbohong demi kebaikan kita berdua.
"Kang Azzam kemarin sudah membelikanku martabak manis. Sekarang seblak dan es. Tak perlu selalu membuang uang untukku seperti ini, Kang."