Aku tahu siapa Mbak Sania. Hanya sekadar tahu. Dia adalah sepupu dari Kang Azzam. Anak dari adik ibunya. Dan di jamin Mbak Sania dapat menutup rapat-rapat mulutnya soal rahasia kecil ini. Sejurus kemudian setelah habis sorakan sahabat-sahabatku, Mbak Sania menyerahkan sebatang coklat dan sekotak susu padaku. Lengkap dengan notes warna peach yang tertempel pada satu sisi susu kotak. Seperkian detik kemudian kumat lagi sorakan El dan Ava (bahkan lebih heboh dibanding tadi) begitu tahu sikap kang Azzam dapat sebegitu manisnya terhadapku, hingga repot-repot membuat catatan kecil untukku, seperti remaja yang baru pertama kali mengalami jatuh cinta.
Aku diam-diam heran dengan sikap El dan Ava yang sangat heboh, seperti tidak tahu saja bagaimana kebiasaan kang Azzam kepadaku setiap selesai belajar malam. Aku berdecak, menyuruh mereka untuk berhenti, ku rasa itu sedikit berlebihan. Selesai urusan, aku pamit. Kemudian berlalu bersama El dan Ava menuju ke kelas.
Belum jauh aku melangkah, Mbak Sania sudah berteriak padaku, "Hati-hati. Pulang-pulang sudah ditembung kamu nanti sama dia. Kan sebentar lagi mau lulus, ta."
Aku menoleh dan mendapati Mbak Sania terkikik geli sendiri setelah menggodaku. Sepertinya dia mendukung jika aku memang dekat dengan Kang Azzam. Aku hanya memasang raut seakan memberi isyarat jika aku tak suka membahas hal tersebut seraya menggeleng tipis.