Aku lebih terkejut dengan fakta bahwa orang yang dimaksud sedang kesurupan saat ini ternyata adalah Najwa. Aku langsung membelah kerumunan. Melihat Najwa yang dalam posisi rebah terus menangis dan meraung-raung hingga sesenggukan. Beberapa temanku terus memegangi tangannya karena takut terjadi hal yang tak di inginkan. Najwa yang biasanya ceria dan selalu memberi semangat kepada orang-orang di sekitarnya kini lemah tak berdaya. Entah makhluk jahat mana yang tega merasukinya.
Yang membuatku lebih terkejut adalah pakaian yang digunakan oleh Najwa saat ini sama persis seperti pakaian yang digunakan oleh seseorang yang ku lihat di tempat wudhu tadi. Ternyata dia adalah Najwa. Ya Allah, kenapa aku bisa tidak mengenalinya tadi? Hani bercerita bahwa dirinya mendapati Najwa sendirian di balkon dalam kondisi mendekap erat tubuhnya sendiri dengan kepala yang ia telungkupkan di antara lipatan tangan di atas lutut. Pasti kejadian itu tak lama terjadi setelah aku tertidur lelap sehabis tahajud.
Tidak ada yang dapat menangani situasi seperti ini di antara kami. Maka ketua kamar dan seorang teman kami berniat memberi tahukan kejadian ini kepada Ibu Nyai kami. Dua orang yang ku lihat berlarian keluar asrama tadi. Mereka sedang dalam perjalanan membawa Ibu Nyai kami kemari.
Begitu beliau tiba di kamar, kami yang sedang mengerubungi Najwa langsung menyingkir memberi jalan. Kami menunduk sebagai bentuk penghormatan kami pada beliau. Ibu Nyai kami terus memberi pertanyaan kepada Najwa. Najwa tidak diam namun juga tidak menjawab. Ia terus menangis.
Pada akhirnya, setelah reda tangisnya, ia berucap lirih, "Hati-hati Alka ...."
Seperkian detik Najwa tak sadarkan diri. Hampir semua temanku yang dapat mendengar kalimat yang diucapkan Najwa mengernyit bingung sekaligus terkejut. Tapi seperti hal yang tak terlalu penting, hal itu cepat dilupakan.