Azzam pov.
Aku tersenyum penuh kemenangan. Setelah akhirnya aku melepas genggaman pada lengan kecil Alka karena dia lebih memilih untuk mengalah, dia melangkah lebih dulu di depan. Beranjak dari keramaian lantai dua cafe. Aku berjalan di belakang mengikutinya menuju tempat parkir.
Ku kira masalahku dengannya sudah berakhir damai tadi. Ternyata dugaanku salah besar. Tepat ketika mobil sudah melaju meninggalkan pelataran parkir cafe, di tengah jalan besar yang malam itu sepi, Alka tiba-tiba memancing emosiku kembali. Dia memang keras kepala. Geram aku dibuatnya. Tapi aku enggan melepasnya. Sama sekali. Aku egois? Mungkin itu memang benar adanya. Aku semakin geram, mencengkeram kuat kemudi, terlebih saat dia mulai berani mengancamku bahwa ia akan nekat loncat dari mobil jika aku tak meninggalkannya sendiri.
"Ayolah, Alka. Itu tidak lucu."
Aku menoleh selintas kepadanya. Melanjutkan fokus menatap ke arah jalanan di depan.
"Hahaha, memang benar tidak lucu. Tapi lebih lucu lagi kalau ancamanku benar terjadi, benar bukan?" Alka menyeringai.