Malam itu, usai jadwal belajar malam, Ava yang ingin buang air kecil memutuskan menuju toilet dapur yang lebih dekat dari tempatnya belajar karena sudah tidak tahan lagi. Ia kira, hanya tinggal ia seorang diri di sana malam itu. Namun, selepas dari dapur menuju asrama yang memang harus melalui depan muspang membuatnya tak sengaja mendengar ucapan seseorang. Ia sadar itu adalah suara Kang Azzam. Guru belajar malam teman-temannya.
Terbesit dalam pikirannya untuk menguping pembicaraan mereka, dari balik tembok asrama mbak-mbak pengurus, samping muspang, ia sudah membuka telinganya lebar-lebar, siap mendengarkan agar kata perkata yang terucap jelas didengarnya.
"Aku mau curhat, nih, San, Tep. Masa iya Alka sudah tidak lagi cinta kepadaku."
Terlihat Azzam yang tertunduk lesu di samping motor Sandi.
Atep tertawa, "Jelas saja. Lihat, sikapmu itu bikin orang muak setiap melihatmu. Pemaksa. Jelas-jelas dari awal memang Alka tidak tertarik padamu, kan? Buat apa kamu susah payah paksa terus? Itu terobsesi namanya, bukan cinta."
"Kamu tidak lihat? Kemarin-kemarin dia selalu menempel padaku. Jelas-jelas dia mencintaiku," elak Azzam.
"Ikhlasin, Zam. Jika memang jodoh, dia nggak akan pergi kemana-mana," hibur Sandi.
"Masalahnya, masa peletku sudah tidak mempan sama dia? Eh," Azzam sadar dia sudah keceplosan.
Sedetik kemudian, tinju Atep dan Sandi bergantian menghantam telak wajah Azzam. Azzam terpental mundur dua langkah. Terlihat jelas wajah Atep dan Sandi yang dipenuhi emosi. Ava terpaku di tempatnya. Ia masih tak percaya dengan apa yang didengarnya.