Tibalah malam yang ditunggu-tunggu. Malam kamis itu, usai belajar malam, Alka menghadap Kang Azzam. Alka ingin meminta penjelasan, sejelas-jelasnya. Azzam memang sengaja mengendarai motor sendiri, Sandi yang membonceng Atep baru pulang beberapa menit lalu. Atas perintah langsung dari Azzam.
"Kenapa, Kang? Tega sekali, tak punya perasaan kamu." Air mata mulai membanjiri pipinya. Sulit sekali menahannya agar tak jatuh. Alka terisak kecil.
"Eh, jangan menangis seperti itu. Aku sedih melihatnya."
Kang Azzam refleks memajukan tangannya, berniat mengusap air mata Alka. Alka langsung mundur.
"Dasar! Laki-laki bertopeng tebal! Tidak merasa bersalahkah dirimu, Kang? Aku seperti ini juga sebab dirimu." Alka berteriak marah.
Azzam yang dibentak merasa tak terima. Ia ikut tersulut emosi karenanya.
"Kata siapa kamu boleh meneriakiku hah?! Ya. Aku memang memeletmu! Puas?! Aku ingin memilikimu. Namun apa saja cara yang ku lakukan selalu berakhir gagal. Mengancam Ayahmu, menyantet Ibumu sebagai ancaman pun gagal. Terakhir, aku memeletmu pun hanya bekerja selama beberapa waktu. Apa yang kamu lakukan, Al? Kamu hebat sekali dapat menghilangkan mantra cinta itu." Azzam memelotot.
Tubuh kecil Alka luruh ke bawah. Dia sangat terkejut, tak menyangka dapat mengetahui fakta-fakta lain yang sangat menyayat hati kecilnya. Kejutan dari Kang Azzam malam ini benar-benar berhasil mengejutkannya. Apalagi fakta lain yang nanti akan terungkap olehnya?