Jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi kurang sepuluh menit. Kano memandang wajahnya di cermin, ada warna biru di mukanya itu, pukulan yang ia terima tadi malam masih tetap membekas. Perlahan, setelah puas memandang wajahnya, ia berjalan menuju dapur. Ia begitu haus. Namun, belum juga sampai dapur, langkahnya terpaksa terhenti. Ada sebuah pemandangan yang membuatnya tertarik. Segera ia mengintip di balik kain jendela ruang depan, dari sana ia dapat melihat pemandangan itu dengan jelas.
Seorang anak sebayanya dengan seragam sekolah merah putih berjalan begitu perlahan. Kano tahu kalau anak itu adalah anak baru yang tinggal di sebelah rumahnya. Anak orang kaya. Kano sering melihatnya dari kamar. Pandangan dari kamar Kano sangat terbuka untuk melihat ke kamar anak itu. Ditambah lagi, kamar anak sebelah itu ada di lantai dua dan jendelanya sering terbuka hingga ia bisa melihat ke dalam kamar tersebut. Tidak terlihat semuanya karena sebagian besar yang terlihat hanya langit-langit kamarnya saja, namun ia bisa bayangkan apa saja yang ada di kamar anak itu. Kano sering berpikir, seandainya jendela kamarnya sama dengan jendela anak itu, yang terbuat dari kayu yang bisa dibuka lebar bukan jendela kaca seperti kamarnya, ia pasti akan sangat senang. Ia bisa lompat dari jendela dan bisa pergi ke mana suka.
Anak itu terus saja berjalan dengan perlahan dan terus saja memperhatikan rumah Kano. Saking seriusnya, anak itu tak menyadari kalau jalannya sudah begitu mendekati tiang listrik. Kano tersenyum sendiri melihat kejadian itu. Ia menunggu adegan yang menghibur, Kano yakin kalau anak itu akan menabrak tiang listrik. Dan…
“Aduh…”
Kano tertawa lepas.
“Dasar bodoh!” ungkap Kano riang dalam hati. Ia bahagia, pagi-pagi sudah mendapati hiburan yang menyenangkan.
Anak itu langsung pergi, mungkin ia sadar dengan ketololannya sendiri, Kano tak dapat melihatnya lagi, anak itu telah disembunyikan jalan yang berbelok.
Begitu anak tetangga itu hilang, kembali Kano sadar dengan hausnya. Segera ia menuju dapur. Keadaan rumah begitu sepi, bapaknya telah berangkat kerja, ibu dan kedua kakaknya sudah pindah ke rumah nenek di kota sebelah. Kano merasa sangat sepi.