Loko dan Kano yang sedang asyik memilih ikan mendadak kaget. Ada tepukan di pundak mereka. Perasaan campur aduk itu segera lenyap begitu mereka sadar kalau yang menepuk adalah ayah Loko. Reflek Kano melihat sekeliling, tepatnya arah belakang tubuh ayah Loko, pandangannya mencari-cari. Setelah yakin kalau bapaknya tidak ada, ia melepaskan napas lega. Ayah Loko melihatnya dengan senyum.
“Bagaimana, dapat ikannya?” tanya ayah sambil senyum.
“Yang itu, Yah. Yang warna kuning dan berjambul itu,” balas Loko sambil menunjuk beberapa ikan mas koki yang asyik berenang di akuarium.
“Mau berapa ekor…”
Kano melihat perbincangan anak beranak itu dengan miris. Ia menjadi iri dengan keadaan tersebut. Loko mempunyai ayah yang baik, sama sekali berbeda dengan bapaknya.
“Ye, malah melamun, ditanyai kok nggak jawab?” ucap Loko menyadarkan Kano dari pikirannya.
“Apa?”
“Ye, malah nggak dengar. Tadi Ayah tanya, kamu mau ikan yang mana?” terang Loko.
“Nggak, makasih, Om.”
“Lho, kok nggak. Bukannya kamu kemari mau cari ikan juga?” tanya ayah Loko.
“Nggak kok Om. Kano cuma diajak jalan-jalan.”
“Tadi waktu Om ngobrol sama bapak kamu, katanya, mau mengantar kamu beli ikan.”
Kano hanya memandang ayah Loko dengan bingung.
“Benar, lho, bapakmu masih nunggu kamu di warung itu untuk belikan ikan untukmu.”
“Om bilang sama Bapak kalau bertemu Kano?” tanya Kano kuatir.
“Ya, nggak. Om kan belum pernah bertemu kamu dan bapakmu kan belum mengenalkan kita, jadi nggak mungkin, toh, kalau Om bilang ketemu kamu,” jawab ayah Loko dengan senyum yang sangat lebar.
Loko bertambah bingung mendengar jawaban ayah Loko.
“Yah sudah, jumpai bapakmu dan belilah ikan. Kasihan bapakmu sendirian di sana,” sambung ayah Loko.
Loko ingin protes pada ayahnya, namun segera diurungkannya.
“Tapi Om…” protes Kano.
“Nggak pa-pa. Yang penting kamu pulang dulu ke rumah. Kamu kan juga nggak tahu mau ke mana, nanti masalah kamu yang dikurung dan tidak boleh sekolah biar Om yang mengurusnya,” rayu ayah Loko.
“Tapi Om…”
“Santai, semuanya pasti beres. Percayalah sama Om, semuanya pasti selesai.”
“Tapi Om…” ucap Kano lagi.