“Ayah kok bisa kenal dengan Bu Gading?” tanya Loko sambil mengunyah makanannya.
Ayah tetap cuek mendapat pertanyaan Loko, ia terus saja melahap makan malamnya dengan santai.
“Bu Gading kok bisa datang ke rumah kita ya?” tanya Loko yang masih tetap penasaran.
Ayah hanya tersenyum, begitu juga ibu.
“Kok pada cuek?” Loko mulai tidak sabaran untuk mendapat jawaban segera. Dari sekian pertanyaan, ia hanya mendapat senyuman dari kedua orangtuanya.
“Ye, masa’ sama anak sendiri pakai rahasia segala!” ucap Loko lagi.
“Bukannya kamu sudah tahu?” balas ibu dengan senyum yang paling menawan.
“Tahu dari mana?” Loko menggaruk-garuk kepala, tanda kalau ia sedang bingung.
“Bukannya kamu menguping pembicaraan Ayah dan Ibu?”
“Kapan?”
“Saat Ibu sama Ayah ngobrol di belakang, kan Ibu menemukan kamu di dekat dapur,” balas ibu semangat.
“Ye, kan cuma dikit. Memangnya saat itu Ayah dan Ibu sedang nyusun rencana?”
“Iya.”
“Wah kalau tahu gitu, Loko dengar lebih banyak, nyesal juga.”
“Ye, gak boleh menguping pembicaraan orangtua,” celetuk ayah.
“Ya, maaf. Tapi, Loko kan nggak dengar jelas jadi nggak tahu rencananya.”
“Kamu mau tahu?”
“Yup”
“Besok saja ya?” goda ayah sambil tertawa.
“Ye…” balas Loko malas.
“Daripada penasaran terus, mending lihat Kano saja,” ucapnya dalam hati sambil beranjak pergi ke atas dengan cepat.
“Eit, mau ke mana?” tanya ibu begitu melihat Loko beranjak pergi.
Terlambat, Loko sudah mulai bergerak menaiki tangga.
“Lh, dia kan belum bantu Ibu cuci piring,” ucap ibu pelan.