Sebelah Rumah Sebelah Kota

Kenon BB
Chapter #13

Yang Tiba-tiba

Loko baru saja pulang sekolah, belum sempat membersihkan diri dan mengganti pakaian ketika sepucuk surat ia terima. Surat dari Kano. Segera saja ia buka dan membacanya. Ibu memperhatikan Loko dengan seksama, ia penasaran juga dengan isi surat itu.

Maaf baru beri kabar sekarang. Aku baik-baik saja di rumah nenek. Namun, aku belum sekolah juga, ternyata mengurus kepindahan ke kota ini merepotkan. Sehari-hari aku hanya menemani Nenek. Aku bosan, Ko. Aku cuma sendirian di rumah, nggak punya teman dan nggak punya mainan, apalagi buku cerita, sama sekali nggak ada. Ibu dan kakak-kakakku semuanya sibuk, nggak ada yang di rumah, mereka hanya ada ketika malam. Sedangkan pagi hingga sore, aku hanya menemani Nenek tanpa boleh nonton TV. Aku juga nggak boleh meninggalkan Nenek walau sedetik pun. Sungguh, aku bosan sekali. Bagiku saat ini lebih baik tinggal sama bapakku, walaupun dikurung dan tidak boleh sekolah tapi aku masih bisa berteman dengan kamu, hehe, meskipun harus curi-curi. Ko, aku mau minta tolong ke kamu agar aku bisa balik ke rumahku, maksudku tinggal sama bapakku lagi. Lebih baik seperti itu daripada di sini. Tolong ya…. Bagaimana caranya agar aku bisa balik aku serahkan sama kamu. Kamu kan pintar. Aku tunggu ya…. Tolong.

Kano

Selesai membaca surat itu, Loko malah menjadi bingung. Ia tidak tahu harus bagaimana agar Kano tertolong. Tidak itu saja, ia juga bingung dengan isi surat itu. Segera saja ia serahkan surat tersebut kepada ibu.

Sama seperti Loko, Ibu juga bingung begitu selesai membaca surat Kano. Dahinya berkerut tanda kalau ia sedang berpikir keras.

“Kita tunggu Ayah saja,” ucap ibu akhirnya. Loko menyetujui ide ibu itu.

Loko menanti kepulangan ayah dengan jalan mondar-mandir. Ia sangat tidak sabar untuk mendapatkan tanggapan tentang surat yang dikirimkan Kano lewat pos itu. Ibu sempat menegur tingkah Loko tersebut, namun yang namanya Loko tetap cuek, gayanya seperti dalam film saat adegan seorang ibu melahirkan, Loko menjadi suami ibu itu yang menunggu di luar kamar bersalin, mondar-mandir dengan panik.

Menjelang senja ayah tiba di rumah. Loko langsung menghampiri tanpa memberikan waktu untuk ayah duduk. Mendapati Loko yang panik dan serba terburu-buru, ayah sempat bingung, namun begitu Loko memberikan surat yang ia dapati sepulang sekolah tadi, ayah pun maklum. Segera saja ia membaca surat yang diberikan Loko itu. Tak lama kemudian, setelah selesai membaca, ayah langsung duduk dengan kening yang berkerut. Seperti biasa itu tandanya kalau ayah sedang berpikir.

“Bagaimana Yah?” tanya Loko tak sabaran.

Ayah tetap diam.

“Bagaimana? Kan kasihan Kano…” ucap Loko lagi.

Ayah tetap diam.

“Kita suruh Pak Gading menjemput Kano saja, Yah?” akhirnya Loko mengeluarkan ide, ia tak sabar menunggu kalimat ayah.

“Diam!” bentak ayah tiba-tiba.

Lihat selengkapnya