Hari ini.
November, 2024.
Broom, broom!
Di jalanan pinggir kota M, Mira saat ini sedang mengemudikan mobilnya seorang diri Mira menggigit bibirnya, beberapa kali menekan klakson mobilnya dan dan beberapa kali melihat kaca spion mobilnya berharap bisa memotong jalan.
“Bara, tunggu Mama, sayang.”
Berulang kali, Mira menggumamkan kalimat itu sembari berusaha memotong jalan dan berusaha mendahului mobil di depannya .
Tinnn!! Tinnnn!!!
Entah sudah berapa kali Mira menekan klakson mobilnya, Mira sudah tidak ingat lagi. Yang ada dalam benak Mira saat ini hanyalah wajah putra semata wayangnya: Bara. Yang jelas saat ini, Mira sedang sangat terburu-buru menuju ke kota tetangga demi putranya-Bara. Mira tak peduli dengan umpatan yang mungkin keluar dari pengemudi lain. Mira hanya bisa mengatakan maaf dalam hatinya karena situasinya saat ini benar-benar situasi darurat dan Mira sedang tidak punya banyak waktu.
Tinnnn!!! Tinnnn!!
Mira membunyikan klaksonnya lagi. Setelah berhasil memotong beberapa kendaraan di depannya, Mira kini berada tepat di belakang truk tronton yang berjalan bak siput. Saat ini jalanan yang sedang Mira lewati adalah jalanan pegunungan yang terdapat banyak tikungan, tanjakan dan turunan. Saat ini Mira dan mobilnya sedang dalam posisi menanjak dan mobil truk tronton di depan Mira itu berjalan dengan sangat lambat karena jalanan yang sedang menanjak.
Sial! Mira mengumpat kesal karena berulang kali membunyikan klaksonnya, Mira gagal memotong jalan truk tronton yang sedang menghalangi jalannya.
Tinnn!
Mira membunyikan klaksonnya lagi dan berusaha meminta jalan pada truk di depannya. Sayangnya sekarang di depan truk adalah jalanan berkelok dan memotong jalan di jalur seperti ini adalah cara yang sangat berbahaya.
Sial! Mira mengumpat lagi dan kali ini terdengar bunyi buk! Mira yang kesal memukul setirnya sembari bergumam dengan menggigit bibirnya.
“Bara, tunggu Mama, sayang! Mama sebentar lagi jemput kamu, sayang!”
Mira melihat ke spion lagi. Tadinya Mira ingin melihat jalanan di belakang, tapi matanya melihat sekilas tas besar yang ada di kursi belakang mobilnya. Tas hitam besar itu adalah tas besar yang berisi uang jaminan yang diminta oleh penculik Bara. Membayangkan Bara yang kini tak bersamanya, mata Mira kembali berkaca-kaca.
Benak Mira memutar kembali ingatannya kemarin sore di mana dirinya kehilangan Bara. Mira kemarin berkeliling di dekat rumahnya dan tidak menemukan Bara. Di tengah rasa kalutnya, Mira sudah berdiri di depan kantor kepolisian dan hendak ingin melaporkan hilangnya Bara. Namun tepat sebelum Mira masuk ke dalam kantor kepolisian Mira mendapat pesan dari nomor tidak dikenal.
Nomor tidak dikenal: kamu ingin anakmu kembali, siapkan uang 500 juta! Besok, aku akan hubungi mengenai tempatnya.
Mira awalnya tidak percaya dengan pesan itu. Tapi tidak lama setelah itu, pesan dari nomor tidak dikenal masuk lagi dan kali ini bukan pesan yang masuk, melainkan sebuah foto dan Bara-putranya yang ada di dalam foto.
Bara!
Tahu bahwa dirinya telah ceroboh dengan lupa mengunci pintu sewaktu mandi tadi, Mira tidak peduli dengan berapa banyak uang yang harus dikeluarkannya untuk menyelamatkan Bara.
Pagi-pagi sekali, Mira langsung ke bank untuk menarik uang tunai yang diminta oleh si penculik. Dan tepat pada pukul 9 pagi, Mira menerima pesan dari si penculik lagi.